Digitalisasi Sastra Tak Geser Mading Konvensional di SMKN 1 Batang
Foto: Digitalisasi Sastra Tak Geser Mading Konvensional di SMKN 1 Batang--
RAKYATEMPATLAWANG - Meski era digitalisasi semakin canggih, pelajar SMKN 1 Batang tetap menghidupkan kembali tradisi majalah dinding (mading).
Lomba mading yang digelar oleh sekolah tersebut menjadi ajang untuk mempertahankan kreativitas literasi di kalangan siswa, sekaligus menandai Bulan Bahasa di sekolah tersebut.
Menurut Kiki Oktavia, guru Bahasa Indonesia sekaligus Ketua Panitia, kegiatan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa dalam mengolah kata dan sastra secara konvensional, meskipun mereka terus bersaing dengan kemajuan teknologi.
BACA JUGA:Warga Depok Diajak Manfaatkan Program Pemutihan Kendaraan
BACA JUGA:Berita Ekonomi: Daya Beli Masyarakat Tetap Terjaga, Ekonomi RI Stabil
"Anak-anak punya potensi besar dalam karya sastra. Mereka menata sendiri konten mading, mulai dari tata letak hingga redaksi," ujar Kiki.
Salah satu peserta lomba, Farela dari kelas X DKV 1, mempersembahkan karya berjudul TEKAT (Tempelan Karya DKV Satu) dengan tema adat Jawa.
Karya-karya seperti komik dan puisi dipajang di mading untuk dinikmati oleh warga sekolah.
BACA JUGA:1.200 Suporter Siap Membakar Semangat Garuda di Bahrain!
BACA JUGA:Polda Kalimantan Tengah Tangkap Penipu Penjualan Tiket Konser : Ribuan Korban Tertipu
Farela juga menyoroti kelebihan membaca karya sastra secara konvensional dibandingkan melalui perangkat digital.
"Membaca di HP memang praktis, tapi mata cepat lelah dan kurang ada interaksi langsung. Baca mading atau buku di perpustakaan lebih asyik," ungkapnya.
Selain lomba mading, sekolah juga menggelar berbagai kegiatan lain untuk memeriahkan Bulan Bahasa, seperti workshop revitalisasi perkabaran sekolah, parade karya sastra, penerbitan buku, dan uji kompetensi bahasa Indonesia.
BACA JUGA:15 Ide Jualan Makanan Ringan dengan Modal Kecil yang Menguntungkan