Oleh: Dahlan Iskan
PAGI ini semua mata menatap ibu kota baru: IKN. Semoga tidak hujan. Kemarin pagi di sekitar IKN mendung dan gerimis. Tapi siangnya terang dan panas. Sampai sore.
Mungkin hujannya pindah ke Pontianak. Deras sekali --kata perusuh Disway dari sana, Liam Then.
Anda mungkin akan memperhatikan setidaknya tiga hal. Salah satunya: sosok Istana Garuda. Benarkah seperti kelelawar hitamnya Koes Plus. Atau itu imajinasi orang usil saja.
Kedua, soal pasukan pengibar bendera: ada yang berjilbab atau tidak.
BACA JUGA:232 Warga Binaan Lapas Terima Remisi Kemerdekaan
BACA JUGA:Pemkab Empat Lawang Gelar Job Fit
Ketiga, Presiden Jokowi pakai pakaian raja Nusantara dari belahan mana. Ini ulang tahun proklamasi terakhir Pak Jokowi sebagai presiden.
Soal jilbab ternyata saya salah tebak. Awalnya saya menebak pemerintah akan teguh dengan langkahnya: Paskibraka tidak boleh pakai jilbab.
Saat akhir-akhir latihan di IKN –seperti terlihat di foto dan video yang beredar di medsos-- yang 18 wanita berjilbab sudah mencopot penutup rambut mereka. Seperti tidak ada masalah.
Lalu gempar. Petir dan hujan hujatan memenuhi langit IKN dan Indonesia. Mereka diberitakan dipaksa melepas jilbab. Ini soal sensitif.
Reaksi pemerintah sangat lemah. Pemerintah seperti orang yang lagi cari-cari ranting pohon untuk pegangan agar tidak jatuh.
Ranting yang diraih itu ternyata ranting kering. Misalnya: "mereka sudah menandatangani pernyataan bersedia tidak berjilbab selama bertugas sebagai pengibar bendera di upacara peringatan proklamasi kemerdekaan negara di ibu kota Nusantara".
Alasan yang sangat lemah.
Ranting itu hampir patah. Lalu pemerintah meloncat mundur: Paskibraka boleh berjilbab. Seperti tahun-tahun sebelumnya.