Importir Ketar-Ketir, Pasokan Sawit Indonesia Terus Menurun

Selasa 12 Nov 2024 - 04:30 WIB
Reporter : Edo
Editor : Edo

REL,BACAKORAN.CO – Ketidakpastian global terus membayangi pasar minyak sawit dunia. Para importir kini harus memutar otak untuk menghadapi penurunan pasokan minyak sawit dari Indonesia, salah satu produsen utama minyak sawit di dunia. Situasi ini mendorong importir untuk mulai mencari sumber alternatif guna memenuhi kebutuhan pasokan minyak nabati mereka.

Kekhawatiran tersebut muncul akibat kebijakan pemerintah Indonesia yang terus meningkatkan produksi biodiesel. Kebijakan ini berimbas langsung pada ketersediaan minyak sawit untuk ekspor. Selain itu, tingginya pungutan ekspor minyak sawit yang diterapkan pemerintah turut menaikkan harga minyak sawit, membuat minyak nabati ini tidak lagi menjadi pilihan yang ekonomis di pasar global.

BACA JUGA:Penemuan Berlian Ungu Super Langka di Australia

BACA JUGA:Misteri Cara Pembangunan Piramida Mesir Terkuak

Direktur CNF Business Oils & Oil Seeds di Cargil Investments China, Ryan Chen, mengungkapkan bahwa pasar Cina mulai mengalihkan minatnya ke minyak nabati lain seperti minyak kedelai, yang dianggap lebih terjangkau dibandingkan minyak sawit. "Di pasar domestik Cina, pasokan minyak nabati lain, khususnya minyak kedelai, lebih mudah diperoleh dengan harga yang lebih bersaing. Saya kira era minyak sawit sebagai minyak nabati termurah sudah berakhir," jelas Chen.

Menurut data, permintaan minyak sawit di Cina diprediksi menurun sekitar 30% pada tahun 2024 ini, setelah sempat naik pada tahun sebelumnya. Pangsa pasar minyak sawit di Cina juga diperkirakan menurun, dengan penurunan impor minyak olein dari 4,2 juta metrik ton pada tahun 2023 menjadi hanya 2,3 juta metrik ton pada tahun 2024. Angka ini diproyeksikan stagnan pada tahun 2025.

BACA JUGA:Perampokan Emas 1 Ton Terungkap Gara-gara Ulah Istri, Begini Cerita di Baliknya

BACA JUGA:Mengulik 6 Tradisi Paling Unik dari Berbagai Wilayah di Dunia, Ada Pemotongan Jari di Indonesia!

Di sisi lain, Direktur Eksekutif The Solvent Extractors Association dari India, BV Mehta, memperkirakan permintaan minyak nabati di India dan Pakistan akan tetap tinggi meski menghadapi potensi pasokan yang terbatas. India, sebagai salah satu konsumen minyak nabati terbesar, mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan domestiknya yang mencapai 30 juta metrik ton per tahun. Produksi lokal India hanya mampu memenuhi 13 juta ton, membuat negara ini bergantung pada impor untuk menutupi kekurangannya. CEO Westbury Group Pakistan, Abdul Rasheed Jan Mohammad, menyatakan bahwa meskipun pasokan minyak sawit dari Indonesia terancam menurun, kebutuhan pasar Pakistan akan minyak nabati tetap stabil.

Sementara itu, peluang investasi di sektor minyak nabati terus berkembang di Afrika. Presiden National Palm Produce Association of Nigeria (NPPAN), Alponsus Inyang, mengajak investor untuk berinvestasi di Nigeria guna memenuhi permintaan minyak nabati yang terus meningkat di benua Afrika. “Kami mengundang para investor untuk berinvestasi di Nigeria dan memperluas perdagangan minyak nabati. Permintaan di Afrika terus tumbuh dan ini merupakan peluang yang tidak boleh dilewatkan,” ungkap Inyang.

BACA JUGA:Mantan Menkominfo Budi Arie Bantah Terlibat Lindungi Situs Judi Online, Merasa Dikhianati Anak Buahnya

BACA JUGA:Melihat Tradisi, Budaya yang Ada di Suku Bajo

Di tengah situasi ini, importir harus segera menyusun strategi untuk mencari sumber alternatif yang lebih berkelanjutan, sekaligus mengantisipasi potensi kenaikan harga akibat kebijakan ekspor Indonesia.***

 

 

Kategori :