MEGAWATI pernah mengalami: partainya memenangkan Pemilu tapi yang jadi presiden Gus Dur. Jateng rusuh. Bali bakar-bakar.
Itu yang kini dialami Imran Khan. Caleg yang ia dukung memenangi pemilu di Pakistan, tapi yang akan jadi perdana menteri justru Shehbaz Sharif dari partai PLM-N.
Megawati masih lumayan: jadi wapres –posisi yang membuatnyi jadi presiden paro periode. Imran Khan jauh lebih buruk: justru mendekam di penjara untuk banyak perkara.
Ketika Pilpres tidak lagi lewat MPR justru Megawati tidak pernah terpilih. Tapi dia berhasil menempatkan petugas partainya, Jokowi, menjadi presiden. Dua periode.
BACA JUGA:Baru 12 Desa Masuk Gudang PPK
BACA JUGA:Baru Satu Laporan Masuk Bawaslu
Megawati gagal menjadikan putrinyi sebagai pewaris istana. Sang petugas berhasil membuat putra sulungnya sebagai wakil presiden.
Megawati kini berusia 77 tahun. Jokowi masih 62 tahun. Jokowi bisa membuktikan: tanpa Megawati berhasil memenangkan pilpres. Justru ketika melawan Megawati –lewat Ganjar-Mahfud. Kini Jokowi bisa tepuk dada: apakah benar tanpa Megawati ia bukan siapa-siapa.
Jangan-jangan Jokowi hanya ingin menunjukkan itu. Selebihnya ia tetap kader PDI-Perjuangan.
Di usia 62 tahun Jokowi tidak mungkin pensiun. Bisa cepat mati. Tidak mungkin juga kembali jadi pengusaha mebel. Harga kayu semakin mahal.
BACA JUGA:Wajib Tahu, Ini 7 Tanda Awal Mengalami Gangguan Ginjal
Maka begitu banyak yang berharap Jokowi tampil memimpin PDI-Perjuangan di masa depan.
Tentu tergantung sikap Megawati: apakah mau merelakan posisi ketua umum untuk Jokowi yang dianggap pengkhianat.
Megawati marah. Tentu saja. Tapi marahnyi tidak sampai meledak: Jokowi tidak dipecat dari anggota partai. Para menteri yang berasal dari PDI-Perjuangan juga tidak diizinkan mengundurkan diri secara demonstratif.
Saat dikalahkan SBY di tahun 2004 usia Megawati baru 57 tahun. Setelah 20 tahun pun Megawati belum bisa melupakan kekalahan itu –atau proses kekalahannyi. Belum mau menyapa SBY.