REL,BACAKORAN.CO - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa rencana implementasi program bahan bakar campuran biodiesel 50 persen atau B50 tidak akan memerlukan perluasan lahan kelapa sawit.
Hal ini ditegaskan oleh Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, dalam keterangannya kepada media pada Jumat, 16 Mei 2025.
Menurut Yuliot, kebutuhan bahan baku untuk mendukung B50 masih dapat dipenuhi dari kapasitas produksi saat ini, tanpa harus membuka lahan sawit baru.
“B50 belum memerlukan tambahan lahan. Ini sudah kami koordinasikan dengan Kementerian Pertanian terkait kecukupan bahan baku CPO,” ujar Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta.
BACA JUGA:Batas Akhir Pengangkatan PPPK 2024 Ditetapkan, Tahap II Dipastikan Tepat Waktu Tanpa Penundaan
Ia menjelaskan bahwa skenario perluasan lahan hanya akan menjadi opsi jika Indonesia mulai masuk ke tahap penerapan B60, yaitu campuran biodiesel 60 persen.
Namun, kemungkinan itu pun masih bisa ditekan melalui optimalisasi program replanting atau peremajaan sawit.
Program ini bertujuan mengganti tanaman kelapa sawit tua yang tidak produktif dengan bibit unggul agar hasil panennya meningkat, tanpa menambah luas lahan.
“Kalau masuk ke B60, baru ada kemungkinan perluasan lahan. Namun itu pun masih bisa ditekan dengan replanting,” imbuh Yuliot.
Pemerintah menargetkan implementasi B50 dapat dimulai pada awal tahun 2026. Saat ini, proses evaluasi dan persiapan tengah dilakukan, terutama dalam hal kesiapan pasokan bahan baku utama, yakni Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang berasal dari minyak sawit mentah (CPO).
BACA JUGA:Redmi A5 Resmi Meluncur, Ponsel Entry Level Rp1 Jutaan dengan Kamera 32MP dan RAM 8GB
“Beberapa produsen FAME mendapatkan kuota lebih besar tahun ini. Mereka juga meningkatkan kegiatan investasinya. Dari sisi bahan baku, juga sudah dikonsolidasikan,” jelas Yuliot.
Lebih lanjut, Yuliot menyoroti pentingnya pemanfaatan produk samping (by-product) dari industri biodiesel.
Menurutnya, optimalisasi penggunaan produk samping seperti gliserin dan pupuk organik akan memperkuat ekosistem industri hilir berbasis sumber daya alam serta meningkatkan nilai tambah ekonomi nasional.
“By-product ini harus dimanfaatkan maksimal agar rantai nilai industri kita makin kuat,” tegasnya.