Matahari Kembar

Minggu 08 Jun 2025 - 21:24 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Di Pontianaklah sang kakek ketemu jodohnya: wanita keturunan Pidie, Aceh. Lahirlah Junaini. Jadi

wartawan.

Sang wartawan bertemu seorang siswi kebidanan yang indekos di dekat rumah Kasimin. Saling jatuh

cinta. Tapi ada tembok di antara cinta itu. Gadis itu Tionghoa. Katolik. Bermarga Tan. Dia berasal dari

daerah Mempawah, sekitar 50 km dari Pontianak.

Tembok itu jebol. Tan yang menerobosnya. Lahirlah anak pertama: Qadhafy. Lalu mereka mengambil

anak angkat, seorok bayi dari keluarga Tionghoa. Tak lama kemudian lahir anak laki-laki terakhir: Iqbal.

Si anak angkat, tetap ikut agama orang tua asli: Konghuchu. "Kami tetap bersaudara. Tetap kami anggap

kakak," ujar Iqbal.

Setiap ke Pontianak saya makan bersama Junaini. Biasanya di resto masakan Tiuchu terkenal di

Pontianak. Terakhir tahun lalu. Yakni setelah saya pulang dari Chaozhou, satu kabupaten dekat kota

Shantou.

Kepadanya saya pamer diri: baru pulang dari Chaozhou. Saya pikir hanya orang seperti saya yang bisa

sampai ke Chaozhou. Lalu saya pamer cerita: betapa lezatnya masakan Chaozhou di sana.

"Saya sudah dua kali ke Chaozhou," ujar Junaini.

"Hah? Untuk apa ke Chaozhou?"

Tags :
Kategori :

Terkait