Dewa Ngluyur

Senin 16 Jun 2025 - 23:16 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

"Coba saja saya terpilih kembali jadi anggota DPRD, saya tidak ingin jadi ketua kelenteng," katanya. 

"Kenapa tidak terpilih lagi?" 

"Saya kalah uang. Semua main uang," katanya. 

"Kenapa tidak ikut main uang?" 

"Saya tidak punya uang. Mobil saya saja hanya Innova tahun 2009," katanya. 

Tjong Ping merasa politik telah menyakitkan hidupnya. Ia pun berhenti dari partai PDI-Perjuangan. Besarnya cintanya kepada partai tidak sebanding dengan besarnya cinta partai kepadanya. Itu menurutnya. 

Sebelum masuk politik, Tjong Ping seorang pengusaha sukses. Ia berhasil di bisnis hasil bumi. Armada truknya 50 buah. Ia masuk politik karena ''jatuh cinta'' kepada Megawati Soekarnoputri. Tidak ada orang yang seberani Mega melawan Orde Baru, Soeharto, dan Golkar. Itu anggapannya. 

Di era 1998-an, Tjong Ping membuat patung banteng terbesar di Indonesia. Bisa diarak ke mana-mana. Ia kerahkan tujuh orang untuk membuat kerangka banteng. Mereka kerja siang-malam. Seminggu penuh. 

Kerangka banteng itu terbuat dari bambu. Tingginya sembilan meter. Kulitnya terbuat dari kertas bekas kantong semen. Kertas itu direndam di cairan semen. Lalu dibalutkan ke kerangka bambu. Setelah kering dicat warna hitam. 

Sejak menjadi anggota DPRD Jatim, usahanya tidak terurus. Lalu mati. Kini ia tidak punya kesibukan politik. Maka ia ingin mengurus kelenteng. 

"Apa yang pertama akan Anda lakukan di kelenteng?" 

"Saya akan lakukan upacara khusus untuk bermohon agar dewa kami kembali ke kelenteng Tuban," katanya. 

"Bagaimana kalau tidak mau kembali?" 

"Pasti mau. Kami memohonnya dengan sungguh-sungguh," katanya. 

Kelenteng Tuban menghadap ke laut Jawa. Di depan kelenteng melintas jalan pantura –peninggalan Gubernur Jenderal Daendels. Itulah jalan jurusan Semarang-Surabaya yang menempel ke laut Jawa. 

"Apa yang membuat kelenteng Tuban begitu dipercaya banyak orang?" 

Tags :
Kategori :

Terkait