Pagar Teras

Senin 04 Mar 2024 - 19:56 WIB
Reporter : Adi Candra
Editor : Mael

BACA JUGA:Skandal Doping, Paul Pogba Divonis 4 Tahun

Saat itu Ali pilih berada di rumah Nabi. Mengurus kematian mertuanya itu.  

Jarak antara rumah Nabi dengan teras itu kira-kira 500 meter. Tentu, waktu itu, dipisahkan oleh banyak rumah, rumah kampung model Arab. 

Di perhelatan di teras itu banyak yang menyebut nama Umar pantas jadi pemimpin baru. Tentu banyak juga yang tidak setuju. Akhirnya, setelah bertele-tele, Umar berdiri. Ia menggapai Abu Bakar. Ia menyatakan bai'at pada Abu Bakar. Ia angkat Abu Bakar sebagai pemimpin barunya.  

Melihat apa yang dilakukan Umar yang lain pun ikut bai'at. Jadilah Abu Bakar, tergolong paling tua saat itu, khalifah pertama. 

BACA JUGA:Everton Terpuruk di Goodison Park

Tentu ada yang khawatir: bagaimana kalau Ali tidak mau mengakui Abu Bakar sebagai pemimpin baru. Bukankah banyak yang berpendapat Ali-lah yang sebenarnya lebih berhak jadi pemimpin baru. Nabi sendiri mengakui kehebatan Ali –dan orang tahu itu. 

Maka dicarilah Ali: agar mau ke teras itu untuk berbai'at pada Abu Bakar. 

Ketika ada yang berhasil menemuinya, Ali pun menjawab: apakah jenazah Nabi dibiarkan tidak ada yang mengurus? 

Banyak sekali tafsir atas ucapan Ali itu. Sebagian tafsir menilai Ali memang tidak mau mengakui kepemimpinan Abu Bakar. Ali merasa dirinya lebih berhak memimpin.

Banyak juga yang menilai Abu Bakar terpilih hanya karena Ali tidak hadir di teras itu. Seandainya ada Ali di sana keadaan bisa berbeda. 

Memang ada juga yang menilai Ali masih terlalu muda. Saat itu. Mungkin semuda Gibran –untuk menafsirkan apa yang pernah diucapkan Khofifah Indar Parawansa saat kampanye untuk Prabowo-Gibran. Saat ikut Nabi hijrah ke Madinah usia Ali 23 tahun. 

Tanpa pengakuan dari Ali, legitimasi Abu Bakar kurang kuat. Maka ada upaya untuk memaksa Ali berbai'at ke Abu Bakar.  

Ali tetap tidak mau. Sampai pun rumah Fatimah dikepung. 

Begitu penting peristiwa di teras itu. Dari situlah istilah ijma ulama bermula.  

Ahli-ahli sejarah dari dunia Barat pun banyak melakukan penelitian peristiwa di teras itu. Mereka meneliti sebagai ilmuwan murni. Tanpa keterikatan emosi dan keimanan. Anda bisa banyak belajar dari literatur independen tersebut. Tidak hanya seperti di pelajaran tarikh Islam di madrasah. 

Kategori :

Terkait

Senin 18 Nov 2024 - 21:18 WIB

Tafsir Iqra Oleh: Dahlan Iskan

Selasa 12 Nov 2024 - 22:03 WIB

Kawin Thinking

Senin 11 Nov 2024 - 20:59 WIB

Dangkal Dalam

Kamis 07 Nov 2024 - 20:50 WIB

Bismillah Karnaval

Rabu 06 Nov 2024 - 22:31 WIB

Anwar Berkeley