Potensi Hujan Lebat hingga 14 Maret
REL, Palembang - Sejak akhir Februari LALU, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menginformasikan kalau Indonesia akan diterjang cuaca ekstrem. Kondisi ini diperkirakan sampai 14 Maret mendatang. Mengancam beberapa wilayah.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan signifikasi dinamika atmosfer dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem. Mulanya BMKG hanya memperkirakan hujan ekstrem terjadi pada 29 Februari hingga 8 Maret. Lalu ternyata ada pergerakan di atmosfer sehingga terjadi potensi cuaca ekstrem hingga 14 Maret nanti.
Ada tiga dinamika atmosfer yang dapat meningkatkan curah hujan. “Pertama aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang aktif di Indonesia,” ucapnya.
Selain itu ada peningkatan kecepatan angin dari utara Indonesia hingga melintasi equator melalui Selat Karimata. Ini mengindikasikan aktivitas Cross Equatorial Northerly Surge (CENS). Guswanto juga menyebut adanya potensi pembentukan tekanan rendah di Samudera Hindia barat daya yang dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan angin di Indonesia bagian selatan.
BACA JUGA:Petani Sawit Diminta Manfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
BACA JUGA:17 Salat Tarawih Unik di Dunia: Dari Indonesia Hingga Luar Negeri
“Berpotensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat atau angin kencang di sebagian wilayah Indonesia pada periode 8 sampai 14 Maret,” katanya. Daerah yang dimaksud sebagian besar ada di bawah aquator. Seperti contohnya Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Bagaimana di Sumsel? Menurut prakiraan BMKG Sumsel, masih berpotensi hujan dengan intensitas sedang yang dapat disertai kilat/petir serta angin kencang. Durasinya singkat pada siang hari. Terjadi di wilayah OKU Selatan, Lubuk Linggau dan Musi Rawas
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Sumsel, Wandayantolis mengungkap peluang curah hujan dasarian II Maret 2024 ini. Menurutnya, sebagian besar wilayah Sumsel berpeluang lebih dari 70 persen terjadi curah hujan menengah.
Sebagian Empat Lawang berpeluang hingga 70 persen terjadi curah hujan rendah. Sementara wilayah Musi Rawas Utara bagian tengah dan sebagian Musi Rawas berpeluang lebih dari 30 persen terjadi curah hujan tinggi, dengan sifat hujan yang didominasi normal hingga di atas normal.
“Masyarakat diharapkan terus waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang timbul selama periode musim hujan ini, seperti potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang,” tukasnya.
Dampaknya sudah terlihat, yakni bencana hidrometrologi yang terjadi pada beberapa daerah. Termasuk wilayah Sumatera. Salah satu yang nampak parah karena dampak cuaca ekstrem adalah Sumatera Barat. Beberapa titik di wilayah tersebut mengalami banjir dan longsor.
Kabupaten yang terdampak adalah Pasaman, Agam, Pasaman Barat, Padang Pariaman, Lima Puluh Kota, Solok, Pesisir Selatan, hingga Kepulauan Mentawai terdampak. Selain itu bencana hidrometrologi juga terjadi di Kota Solok dan Kota Padang.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyatakan, untuk bencana di Sumbar, 26 orang dinyatakan meninggal. “11 orang masih hilang,” ujarnya. Selain itu menurut data BNPB ada 78.877 orang mengungsi dan dua orang luka. Kerusakan berat terjadi pada 871 rumah. 51 rumah ibadah, 28 sekolah, dan 5550 lahan terdampak. Selain itu ada 1.960 hewan yang terdata menjadi korban.