Rel, Bacakoran.co – Suasana haru menyelimuti Sekolah Dasar Negeri (SDN) Paya Baro, Kecamatan Meurubo, Kabupaten Aceh Barat.
Sekolah yang sudah puluhan tahun menjadi tempat anak-anak desa menimba ilmu itu kini terancam ditutup karena kekurangan murid.
Rencana penutupan sekolah tersebut membuat guru dan siswa tak kuasa menahan tangis. Mereka merasa perjuangan panjang menjaga semangat pendidikan di pedalaman seakan tak dihargai.
Perjuangan Guru di Sekolah Pedalaman
Iyusmidar Arif, salah satu guru yang telah mengabdi sejak 2019, menceritakan betapa berat perjuangan mengajar di pedalaman. Setiap hari ia harus menempuh jarak 16 kilometer melewati jalan berbatu dan belum beraspal. Saat musim hujan, kondisi jalan kerap membahayakan.
BACA JUGA:Ketua TP PKK Empat Lawang Ajak Warga Mandiri Pangan Lewat Gerakan Menanam Cabe
BACA JUGA:Head to Head: Redmi Note 14 Pro 5G Tantang Samsung Galaxy A35 5G, Siapa Lebih Worth It?
“Sejak pagi kami berangkat melewati hutan dengan jalan yang tidak bagus. Kalau hujan, bisa jatuh karena licin,” ungkap Iyusmidar.
Meski penuh keterbatasan, ia tetap semangat karena melihat antusiasme siswanya. Bahkan, tahun ini jumlah siswa kelas I meningkat menjadi delapan orang. Namun, justru di saat ada peningkatan, muncul kabar penutupan sekolah.
Rencana Penutupan yang Mengagetkan
Dinas Pendidikan Aceh Barat menilai SDN Paya Baro tidak memenuhi standar minimal enam siswa per kelas sesuai Permendikbud. Saat ini, sekolah hanya memiliki 24 murid dengan distribusi yang tidak merata di tiap kelas.
“Ketika sudah ada perubahan, pemerintah bukan memperbaiki malah ingin menutup. Itu yang membuat kami sedih,” kata Iyusmidar dengan nada kecewa.
Para siswa pun histeris ketika mengetahui kabar tersebut. Mereka menangis ketakutan memikirkan nasib pendidikan mereka jika sekolah benar-benar ditutup.
Ancaman Putus Sekolah
Jika SDN Paya Baro ditutup, anak-anak harus menempuh jarak lima kilometer ke sekolah terdekat. Jalan yang berbatu dan belum beraspal tentu akan semakin menyulitkan, apalagi banyak anak yang berjalan kaki.
“Kondisi ini bisa meningkatkan angka putus sekolah,” tegas Iyusmidar.