Maraton Pilpres

Jumat 26 Apr 2024 - 20:47 WIB
Reporter : Andika
Editor : Mael

Oleh: Dahlan Iskan 

ANDA sudah hafal cerita ini. Banyak ditulis di medsos. Juga diajarkan di sekolah-sekolah etika. Di pengajian. Di penginjilan. Yakni soal pelari maraton atau pembalap sepeda.  

Pelari dari Afrika selalu di depan. Jauh. Meninggalkan pelari negara-negara lain. Pun yang di urutan nomor dua: jauh tertinggal di belakang si Afrika.  

Mungkin karena kelelahan si pelari Afrika mengira sudah sampai garis finish. Ia berhenti berlari. Duduk. Lalu rebahan. Gemuruh tepuk tangan ia kira merayakannya sebagai juara.  

Ketika pelari urutan kedua mendekati finish ia juga berhenti. Ia raih tangan pelari Afrika. Agar bangkit. Berlari lari. Tinggal beberapa langkah lagi mencapai finish. Maka si Afrika tetap jadi juara. Yang di urutan kedua tetap runner-up –meski kesempatan menjadi juara begitu besarnya.  

BACA JUGA:Infrastruktur Penting Pacu Pertumbuhan Ekonomi

BACA JUGA:Gencar Lakukan Pembinaan Satpam dan Himbauan Kamtibmas

"Mengapa Anda lakukan itu?" tanya wartawan ke yang runner-up. "Saya sudah melakukan yang terbaik," jawabnya.  

"Kenapa Anda tidak mau jadi juara?" tanya wartawan lagi.  

"Untuk apa? Ia-lah yang memang layak jadi juara. Bukan saya," jawabnya lagi.  

Banyak versi cerita mirip itu. Anda pun bisa membuat versi Anda sendiri. Intinya: etika harus dijunjung tinggi. Sportivitas harus diutamakan. Juga harus dibiasakan. Bahkan diajarkan secara turun-temurun.

BACA JUGA:Kebakaran Hanguskan Tiga Rumah di Ulumusi, Kerugian Capai Setengah Miliar Rupiah

BACA JUGA:Tips Rumahan Samarkan Kantung Mata yang Bikin Penampilan Kurang Segar, Cobalah!  

Beberapa versi cerita serupa banyak muncul lagi belakangan ini. Sebelum dan sesudah putusan mahkamah konstitusi –yang menolak gugatan pasangan Anies Baswedan dan pasangan Ganjar Pranowo. Akibat penolakan itu sahlah sudah: Prabowo Subianto menjadi presiden terpilih Indonesia –dan Gibran sebagai wakil presiden. Tinggal tunggu pelantikannya Oktobet depan.  

Anda pun tahu: apa maksud cerita seperti itu dimunculkan kembali. Intinya: mengapa dalam pemilihan presiden tidak terjadi penegakan etika seperti di cerita maraton tadi. Lalu akan jadi apa bangsa ini ke depan: bangsa tanpa moralitas.  

Kategori :

Terkait

Senin 15 Jul 2024 - 21:12 WIB

Telinga Kanan

Minggu 16 Jun 2024 - 20:00 WIB

Tambang Gethuk