Pakar Kesehatan Anak: Mitos Vaksin Polio Menyebabkan Kecacatan dan Lumpuh Harus Dihentikan

Minggu 28 Jul 2024 - 13:52 WIB
Reporter : Riski
Editor : Riski

REL , jakarta - Pakar kesehatan anak dr. Arnold Soetarso, Sp.A, menyatakan bahwa mitos tentang vaksin polio yang bisa menimbulkan reaksi jangka panjang seperti kecacatan atau lumpuh masih sering beredar di masyarakat hingga saat ini.

Dalam wawancara yang dilakukan di Jakarta, Minggu, dr. Arnold mengemukakan bahwa informasi tersebut tidak benar dan perlu diluruskan.

"Beberapa mitos yang sering beredar di masyarakat, yaitu vaksin dapat menimbulkan reaksi jangka panjang seperti kecacatan atau lumpuh," ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa mitos lain yang masih beredar di masyarakat adalah larangan memberikan ASI atau susu formula setelah vaksin polio dan larangan memberikan lebih dari satu suntikan vaksin dalam satu waktu.

BACA JUGA:Pinto Khop: Keberadaan dan Signifikansi dalam Budaya Aceh

BACA JUGA:FIFA dan Indonesia Perkuat Kerja Sama Sepak Bola di Paris

Dr. Arnold, yang berpraktik di klinik Happy Baby Inc, Jakarta Barat, menekankan bahwa vaksin polio adalah aman dan telah melalui pengujian oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Hal tersebut harus dijelaskan kepada orang tua bahwa vaksin polio merupakan vaksin yang aman dan telah melalui pengujian oleh BPOM," jelasnya,

Di Indonesia, vaksin polio termasuk dalam imunisasi wajib yang diberikan untuk mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan anggota gerak. Vaksin polio terdiri dari dua jenis, yaitu vaksin polio suntik (IPV) dan vaksin polio oral (OPV).

Vaksin IPV adalah vaksin virus inaktif yang diberikan melalui suntikan dan membentuk kekebalan dalam darah, sementara vaksin OPV adalah vaksin virus yang dilemahkan dan diberikan secara oral untuk membentuk kekebalan di usus.

BACA JUGA:Pemotor Terkena Bongkahan Batu dari Flyover Ciputat, Video Viral di Media Sosial

BACA JUGA:Aksi Perundungan Siswi SMP di Gelumbang Viral, Keluarga Korban Tuntut Keadilan

Jadwal pemberian imunisasi polio di Indonesia dilakukan sebanyak empat kali pada bayi baru lahir, usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan, serta penguat (booster) satu kali saat usia 18-24 bulan.

Dr. Arnold juga menjelaskan bahwa pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan vaksin lain dan tidak dipengaruhi oleh pemberian ASI atau susu formula.

Menyikapi masih adanya kasus polio di Indonesia, pemerintah mengadakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio untuk memutus rantai penularan penyakit tersebut. "Vaksinasi merupakan cara mencegah penyakit polio yang paling efektif," ujar dr. Arnold.

Kategori :