Harga Kopi Diprediksi Bakal Terus Naik
DISKUSI: Penjabat Gubernur Sumatera Selatan, Elen Setiadi, menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan para petani kopi dalam kunjungan kerjanya ke Danau Ranau, Kabupaten Oku Selatan, Sabtu (10/8/2024). Foto: dok/ist--
REL, Oku Selatan – Penjabat Gubernur Sumatera Selatan, Elen Setiadi, menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan para petani kopi dalam kunjungan kerjanya ke Danau Ranau, Kabupaten Oku Selatan, Sabtu (10/8/2024).
Pertemuan ini bertujuan untuk menampung aspirasi para petani, terutama terkait dengan dinamika harga kopi yang sedang terjadi di pasar global.
Harga kopi dunia diprediksi akan terus naik pada tahun ini akibat penurunan produksi di berbagai negara penghasil kopi.
Hal ini menjadi perhatian serius bagi para petani, mengingat krisis iklim yang terus mengancam stabilitas produksi kopi di masa mendatang.
BACA JUGA:Ratusan Pemuda Ikuti Mobile Legend Berlian Competition
BACA JUGA:Tumbuhkan Rasa Semangat Nasionalisme
Dalam diskusinya, Elen Setiadi menekankan pentingnya strategi yang matang serta kolaborasi antara petani kopi dengan badan usaha milik daerah untuk menjaga keseimbangan antara suplai dan permintaan di pasar kopi.
"Kopi memiliki peluang yang sangat besar. Dahulu, kopi mungkin hanya dianggap sebagai selingan, tetapi kini sudah menjadi kebutuhan pokok. Mulai dari sarapan, makan siang, hingga makan malam, kopi selalu dicari. Oleh karena itu, potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik," ungkap Elen.
Ia juga menyoroti pentingnya hilirisasi kopi, terutama dalam menghadapi tren kenaikan harga saat ini. Menurutnya, menjaga harga kopi agar tidak anjlok ketika musim panen tiba adalah hal yang perlu diantisipasi sejak dini.
"Kita perlu mengembangkan sektor kopi dengan baik, dari hulu hingga hilir. Jika kualitas pasca panen tetap terjaga dan harga stabil, kita juga harus memastikan pasarnya. Dengan begitu, harga kopi bisa tetap stabil," tambahnya.
Di sisi lain, Muhammad Sholeh, perwakilan kelompok tani Margo Lestari dari Kabupaten Oku Selatan, mengungkapkan beberapa kendala yang dihadapi para petani kopi, salah satunya adalah kelangkaan pupuk subsidi.
"Masalah utama kami adalah kelangkaan pupuk subsidi. Kami punya kartu tani dan disarankan membeli pupuk subsidi, tapi sangat sulit mendapatkannya. Yang mudah didapat justru pupuk non-subsidi, tapi harganya mahal," keluh Muhammad Sholeh.
Diskusi tersebut berlangsung penuh interaksi, dengan para petani merasa senang karena dapat menyampaikan langsung keluhannya kepada orang nomor satu di Sumatera Selatan itu. (*)