Investor Asal Amerika Batalkan Proyek Hilirisasi Batu Bara di Tanjung Enim
PROYEK: Presiden Joko Widodo saat melakukan groundbreaking proyek pembangunan hilirisasi batu bara pada 24 Januari 2022 lalu bersama pihak Air Products. Foto: dok/ist.--
REL, Tanjung Enim - Investor asal Amerika, Air Products, memutuskan untuk membatalkan investasi senilai Rp 210 triliun pada proyek hilirisasi batu bara menjadi Dimetil Eter (DME) di Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan.
Keputusan ini mengejutkan, mengingat proyek tersebut telah dilakukan groundbreaking oleh Presiden Joko Widodo pada 24 Januari 2022.
Proyek ini awalnya diharapkan dapat menggantikan penggunaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) di Indonesia, mengurangi ketergantungan negara terhadap impor LPG.
Dengan proyek ini, pemerintah berencana mengurangi pengeluaran APBN yang signifikan, mengingat konsumsi LPG di Tanah Air pada 2021 mencapai 7,95 juta ton, dengan 80% diantaranya merupakan impor senilai Rp 77,8 triliun.
BACA JUGA:Pj Wako Ajak Wisatawan Nikmati Pesona Dempo
BACA JUGA:Pj Wako Sambangi OPD Pemkot Pagaralam
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel, Hendriansyah menyatakan bahwa pemerintah saat ini sedang mencari pengganti investornya.
Meskipun Air Products mundur, proyek gasifikasi bersama PT Bukit Asam dan Pertamina tetap menjadi prioritas pemerintah.
Proyek ini dianggap krusial tidak hanya untuk mengurangi impor LPG tetapi juga untuk menciptakan efisiensi anggaran sekitar Rp 7 triliun dari subsidi yang dikeluarkan pemerintah.
Produksi DME yang diharapkan mencapai 1,4 juta metrik ton dapat menyuplai sekitar 6 juta rumah tangga di wilayah Sumsel dan sekitarnya.
Meskipun terdapat ketidakpastian setelah keputusan mundurnya Air Products, pemerintah berkomitmen untuk melanjutkan proyek ini demi mengatasi persoalan hilirisasi batu bara dan menciptakan lapangan pekerjaan di Sumsel serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Saat ini, pemerintah sedang berupaya mencari pengganti investornya guna memastikan kelangsungan proyek ini dan manfaatnya bagi Indonesia. (*)