Puluhan Massa Tuntut Pemecatan Dirut PT Bukit Asam, Desak Pj. Gubernur Sumsel Tolak Kredit Bank Mandiri untuk
Puluhan Massa Tuntut Pemecatan Dirut PT Bukit Asam, Desak Pj. Gubernur Sumsel Tolak Kredit Bank Mandiri untuk PLTU Sumsel 8-doc for rel-
Puluhan Massa Tuntut Pemecatan Dirut PT Bukit Asam, Desak Pj. Gubernur Sumsel Tolak Kredit Bank Mandiri untuk PLTU Sumsel 8
REL, Palembang - Puluhan massa yang tergabung dalam Jaringan Anti Korupsi (JAKOR) Sumatera Selatan menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor PT Bukit Asam (PTBA), Jl. KH Dahlan No.80, Palembang, pada Jumat (08/11/2024) pukul 09.00 WIB.
Massa menuntut pemecatan Direktur Utama PTBA dan mendesak agar Bank Mandiri tidak memberikan kredit senilai triliunan rupiah kepada PT Bukit Asam.
Koordinator aksi yang juga Dewan Pimpinan JAKOR Sumsel, Fadrianto TH, SH, menyatakan sejumlah tuntutan dalam orasinya.
Menurutnya, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumsel 8 yang digarap melalui anak perusahaan PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) dibiayai oleh Export Bank of China senilai USD 1,68 miliar (setara Rp 25 triliun).
BACA JUGA:5 Perbedaan Lari dan Jalan Kaki yang Perlu Anda Ketahui
BACA JUGA:7 Cara Mengajarkan Anak Supaya Mau Gosok Gigi Teratur
Rencananya, pembiayaan ini akan diambil alih oleh Bank Mandiri sebesar USD 1,27 miliar (sekitar Rp 20 triliun).
"Jumlah kredit yang akan diambil alih Bank Mandiri untuk proyek PLTU ini sangat besar. Kami menilai langkah ini perlu dipertimbangkan mengingat dampak lingkungan dan sosial yang diakibatkan oleh pembangkit berbasis batubara," ungkap Fadrianto dalam orasinya.
Kritik atas Dampak PLTU Sumsel 8 Terhadap Lingkungan
Selain soal kredit, JAKOR juga mengkritik penggunaan batubara sebagai sumber energi PLTU Sumsel 8.
Menurut Fadrianto, pembangkit yang berkapasitas 2x620 megawatt (MW) ini akan mengonsumsi sekitar 5,4 juta ton batubara per tahun, yang dinilai tidak sejalan dengan komitmen negara-negara G7 untuk menghentikan penggunaan PLTU batubara antara 2023-2035.
"Kami prihatin dengan polusi udara, emisi gas rumah kaca, dan limbah batubara yang dihasilkan. Suara bising dari mesin dan radiasi suara juga berpotensi merusak kualitas hidup masyarakat sekitar," tegas Fadrianto.
BACA JUGA:Salurkan Makanan Bergizi untuk Siswa SDN 6 Talang Padang