Critical Parah
Oleh: Dahlan Iskan --
Orang yg belajar sejarah agama-agama pasti akan menanyakan hal seperti itu, tapi biasanya tidak dijadikan alat untuk mengklaim kebenaran suatu agama.
Gianto Kwee
Tuhanlah Gembalaku, takkan kekurangan Aku, kudibaringkanNya dirumput yang hijau, didekat air yang tenang, kudibimbingNya dijalan yang lurus, dalam namaNya yang Kudus Meskipun aku harus bejalan dilembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku, sungguh tongkat penggembalaanMu itulah yang membimbing aku Sedikit cuplikan Mazmur 23 dan sangat sejuk untuk dinyanyikan, salam damai
Agus Suryonegoro III - 阿古斯•苏约诺
ORANG INDONESIA, DULU, MEMANG HISTORISNYA TIDAK SUKA BERDEBAT, BAHKAN BERDISKUSI PUN TIDAK.. Itu bukan kata saya. Juga bukan kata pak Dahlan. Buktinya..? Buktinya adalah, baik kata 'debat', 'berdebat', 'diskusi' maupun 'berdiskusi', semuanya merupakan kata serapan bahasa Indonesia, dari bahasa lain, yaitu: 1). 'Discussion'. 2). 'Debate'. ### Sedangkan kata asli bahasa Indonesia, maupun bahasa daerah di Indonesia, yang memiliki arti mirip dengan 'diskusi' dan 'debat', dengan arti yang lebih menggambarkan 'kesejukan' adalah: 1). Musyawarah (bahasa Indonesia). Proses pembahasan bersama untuk mencapai mufakat. 2). Rembuk (bahasa Jawa). Pembicaraan bersama untuk menyelesaikan masalah. 3). Rapat (bahasa Indonesia). Pertemuan untuk membahas sesuatu. 4). Baralak (bahasa Minangkabau). Perundingan atau pembicaraan bersama. 5). Babicara (bahasa Sunda). Berbicara untuk membahas sesuatu. 6). Bakato (bahasa Minangkabau). Berunding atau berdiskusi. 7). Ngariung (bahasa Sunda). Berkumpul untuk membahas sesuatu. 8). Balaleu (bahasa Bugis). Diskusi bersama untuk mencari solusi. Semua istilah bahasa Indonesia dan bahasa daerah ini memiliki nuansa yang sesuai dengan tradisi budaya lokal, yang umumnya lebih menekankan 'kebersamaan' dan 'kemufakatan'. (*)