Kurikulum Merdeka Diujung Tanduk, Digantikan Wacana Kurikulum Deeplearning oleh Mendikdasmen Abdul Mu’ti

Mendikdasmen Abdul Mu’ti-ist/net-

Sorotan atas Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka, meskipun inovatif, menghadapi kritik terkait implementasinya, seperti maraknya "pengepul sertifikat" yang menjadi alat untuk meningkatkan e-kinerja guru. 

Mendikdasmen Abdul Mu’ti menegaskan akan mengurangi beban administrasi guru, termasuk aktivitas unggah dokumen yang selama ini menjadi fokus pada platform Merdeka Mengajar.

BACA JUGA:Syah Gardu Induk Empat Lawang Beroperasi, Pasokan Listrik Lebih Stabil ke Rumah Warga

BACA JUGA:Hari ini, Saukani dan Wulan Resmi Dilantik, DPRD Empat Lawang Siap Jalankan Tugas

Menurutnya, pembelajaran tidak hanya sekadar tatap muka selama 24 jam pelajaran (jp) per minggu. Pelatihan dan pembimbingan untuk meningkatkan kualitas guru juga harus diutamakan. “Mengajar bukan sekadar transfer ilmu, tetapi bagaimana siswa bisa mengembangkan ilmu pengetahuan yang diterimanya,” ujar Abdul Mu’ti.

Kurikulum Deeplearning: Inovasi atau Beban Baru?

Kurikulum Deeplearning diklaim akan menjadi pendekatan pembelajaran yang mendalam dan terintegrasi dengan teknologi. Pengenalan AI dan coding sebagai mata pelajaran pilihan diharapkan mampu mempersiapkan siswa menghadapi era digital. Selain itu, fokus pada pendidikan karakter tetap menjadi prioritas, dengan 7 kebiasaan unggulan seperti:

Bangun pagi.

Taat beribadah.

Gemar belajar.

Istirahat cukup.

Namun, detail implementasi kurikulum ini masih menjadi teka-teki. 

Apakah program unggulan Kurikulum Merdeka seperti Sekolah Penggerak dan Guru Penggerak akan tetap dilanjutkan atau sepenuhnya dihentikan? Mendikdasmen Abdul Mu’ti belum memberikan kepastian.

Menunggu Waktu Perubahan

Tag
Share