Lomba Heboh

Dahlan Iskan ketika menggelar Senam Dahlan Iskan bersama Perusuh Disway di Bandung.—--

Oleh: Dahlan Iskan 

Saya pernah berlomba tidak resmi dengan seorang teman dari Tiongkok: ia yang lebih sering ke Indonesia atau saya yang lebih sering ke Tiongkok. 

Begitu banyaknya urusan saya di Tiongkok --waktu itu. Terutama terkait dengan kanker liver saya. Bisnis saya. Juga terkait dengan perlunya mencari bahan tulisan. 

Sebaliknya teman saya itu: ia punya banyak pekerjaan di Indonesia. Di Banten. Di Riau. Di Palembang dan banyak lagi. 

Awalnya saya yang menang. Lebih 12 kali setahun pergi ke Tiongkok. Setelah saya menjabat sesuatu giliran saya yang kalah: tidak berani sering-sering ke luar negeri --biar pun pakai uang sendiri. 

Skor 1-1. 

Belakangan saya lebih jarang ke Tiongkok. Ia juga lebih jarang ke Indonesia. Saya kembali lebih banyak keliling Indonesia. Termasuk di hari libur ini: Jakarta-Surabaya-Bali-Yogyakarta-Purwokerto-Kroya-Bandung-Jakarta. Dalam empat hari yang padat. 

Kali ini saya memutuskan untuk bertahun baru Imlek di Jakarta. Tadi malam. Saya "solider" dengan seorang wanita muda asal Tiongkok yang lagi sendirian di Jakarta. 

Baru pertama kali ini dia menjalani malam tahun baru di perantauan. Sendirian. Teman-temannyi semua mudik untuk berlebaran di kampung halaman. Dia tidak boleh pulang ke Tiongkok. Dia ditugaskan "menjaga kantor" di Jakarta. 

Bagi orang Tionghoa di malam tahun baru Imlek (tadi malam) harus berlumpul di rumah orang tua. Sungkem. Makan-makan bersama. 

Maka di setiap hari menjelang Imlek, transportasi di Tiongkok sangat "kacau". Tahun ini sekitar 400 juta orang yang harus mudik. Dari kota-kota besar ke desa-desa. 

Sebagai anak desa saya teringat ketika kali pertama bermalam Idul Fitri di perantauan. Menangis. Ingat kampung halaman. Ingat keluarga. Sewaktu mendengar suara takbiran dari masjid rasanya seperti sembilu yang mengiris-iris kalbu. 

Pun wanita muda itu. Kali pertama dia sendirian Imlek di perantauan. Maka ketika di Kroya, saya kirim Wechat kepadanyi: agar ke Bandung. Berkumpul dengan saya, istri, dan beberapa teman Senam Dahlan Iskan dari Surabaya seperti Nicky, Desy, Pipit, Yuli, dan Ati. 

Kebetulan seorang perusuh Disway Bandung punya acara: Yana Priatna atau Kang Yana. Ia punya perusahaan real estate yang tergolong sukses. Bahkan lagi berkembang ke Bandung Barat --ke sebuah bukit yang ia sebut sebagai "bukit 380". 

Berada di proyek perumahannya ini kami --lebih 1.000 orang pesenam-- serasa di puncak menara: ke arah mana pun memandang terlihat lembah nan indah. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan