Guling Indonesia Bikin Heboh! Laris Manis di AS, Jepang dan Eropa

Guling bukan sekadar bantal panjang untuk tidur nyenyak, tapi kini menjadi primadona di pasar internasional. Tak hanya di Indonesia, guling ternyata memiliki penggemar fanatik di berbagai penjuru dunia, dengan Amerika Serikat, Jepang, hingga Jerman menjad-ist-

REL, Jakarta - Guling bukan sekadar bantal panjang untuk tidur nyenyak, tapi kini menjadi primadona di pasar internasional. Tak hanya di Indonesia, guling ternyata memiliki penggemar fanatik di berbagai penjuru dunia, dengan Amerika Serikat, Jepang, hingga Jerman menjadi pasar potensialnya.

Ekspor Guling RI Tembus Rp 490 Miliar

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor guling Indonesia terus menunjukkan tren menarik dalam enam tahun terakhir. Pada 2021, nilai ekspornya melonjak signifikan mencapai US$39 juta. Meskipun sempat turun ke US$22,8 juta pada 2023, di tahun 2024 ekspor kembali meningkat menjadi US$29,6 juta atau sekitar Rp 490 miliar (kurs US$1= Rp 16.550).

Amerika Serikat menjadi pembeli terbesar dengan nilai impor mencapai US$16 juta pada 2024. Jepang menyusul dengan US$2,85 juta, diikuti Jerman (US$2,19 juta), Belanda (US$1,27 juta), Australia (US$720 ribu), dan Uni Emirat Arab (US$432 ribu).

BACA JUGA:Jerman Lolos ke Semifinal Nations League

Guling Indonesia Laris di AS, Apa Rahasianya?

Amerika Serikat menjadi destinasi utama ekspor guling RI dengan tren yang terus meningkat. Dari hanya US$6,5 juta pada 2019, nilai ekspor melonjak ke US$16 juta di 2024. Salah satu faktor utama yang membuat guling Indonesia begitu laris di AS adalah tren tidur ergonomis. Masyarakat AS semakin sadar akan pentingnya dukungan tidur yang baik, dan guling yang menawarkan kenyamanan ekstra untuk tulang belakang menjadi pilihan favorit.

Selain itu, banyak imigran Asia yang membawa kebiasaan tidur dengan guling ke AS, menciptakan pasar yang stabil. Hal ini diperkuat dengan pemasaran yang menekankan manfaat kesehatan dan kenyamanan guling dalam menjaga postur tubuh saat tidur.

Daya Tarik Guling Indonesia di Jepang dan Eropa

BACA JUGA:Bintang Inggris Bisa Saja Tersingkir

Di Jepang, budaya tidur dengan futon di lantai mendorong permintaan guling sebagai pelengkap tidur yang lebih ergonomis. Sementara itu, di Jerman dan Belanda, gaya hidup minimalis yang menekankan kenyamanan dan desain fungsional ikut berkontribusi pada popularitas guling Indonesia.

Guling premium buatan Indonesia bisa dijual dengan harga tinggi di pasar internasional. Di AS, harga guling berkisar antara US$30 hingga US$80 per unit, tergantung bahan dan kualitasnya. Di Eropa, harga bisa lebih tinggi, terutama untuk produk berbahan organik atau handmade yang masuk ke segmen premium.

Guling dan Nilai Budaya yang Mendunia

Di Indonesia, guling identik dengan kenyamanan dan kebiasaan turun-temurun. Di beberapa budaya Asia lainnya, seperti Jepang dan China, bantal panjang juga digunakan untuk menopang tubuh saat tidur. Di negara-negara Barat, kehadiran guling awalnya hanya terbatas pada komunitas imigran, tetapi seiring berkembangnya tren wellness dan ergonomi tidur, produk ini mulai menarik perhatian lebih luas.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan