Kedelai Pagi

--
Kalau saja tenaga gelombang menjadi kenyataan ia akan menghancurkan semua jenis bahan bakar yang ada.
Itu tidak bertentangan dengan hukum kekekalan energi. Gelombang adalah juga energi. Bisa diubah menjadi energi lain –kalau ada yang menemukan caranya.
Anda sudah tahu: benda terkecil bukan lagi inti atom, tapi gelombang. Berarti tubuh kita pun terdiri dari kumpulan jutaan triliun gelombang.
Karena kumpulan gelombang, maka suatu saat nanti kumpulan gelombang itu bisa dikompresi. Lalu dikirim dengan wifi ke mana pun. Setelah sampai ke alamat, kompresi itu didekompresi. Jadi manusia utuh lagi.
Maka Anda pun, semua perusuh, akan bisa nonton Indy 500 dengan cara itu. Tidak perlu lagi beli tiket pesawat antara benua. Tidak perlu menunggu kesempatan gratisan. Cukup bayar pulsa Wi-Fi. Kalau amal ibadah Anda banyak, mungkin biaya pulsanya lebih murah.
Itu kelak. Yang jelas, saat ini, produksi kedelai Amerika terus meningkat. Tidak mungkin diserap semua sebagai makanan manusia. Maka dicari jalan: untuk makanan ternak. Ke depan harus pula disiapkan cadangan jalan keluar baru: untuk bahan bakar.
Sampai kapan? Mungkin sampai para petani itu tidak mau lagi tanam kedelai. Pindah ke tanam saham di pasar modal. Atau tanam uang di bisnis valuta asing beserta derivasinya.
Tentu kedelai dibawa ke Amerika dari Tiongkok. Tapi ''darah kedelai'' di Amerika sudah mengalir turun-temurun. Ketergantungan pada rezeki kedelai sudah seperti ketergantungan kita memperebutkan jadi pegawai negeri.
Petani kedelai Amerika sudah sampai pada tahap tidak mau menggantungkan diri pada siapa pun, termasuk pada pemerintah. Mereka punya asosiasi sendiri: ISA –Indiana Soybean Alliance.
Di Illinois ada ISA-nya sendiri: Illinois Soybean Association. Di Iowa juga punya ISA: Iowa Soybean Association. Tiga negara bagian itu memang penghasil kedelai terbesar. Ditambah Ohio dan Minnesota.
Kuatnya petani kedelai bukan main. Mampu menggalang lobi. Sampai membiayai riset.
Saya pun ke pusat risetnya ISA yang Indiana. Di dekat Purdue University. Termasuk riset lapangan. Lahan risetnya 300 hektare.
Saya juga ke pusat riset jagung dan kedelai di Purdue University. Bertemu Prof Yang Yang. Orang Amerika. Asal Wuhan.
Di sana kedelai bisa 3,7 ton per hektare karena matahari bersinar lebih panjang dari di Indonesia. Bisa selisih empat jam. Tapi hanya sekali panen setahun. Kita memang bisa dua kali panen –tetap saja 0,6 x 2 = 1,2 ton/hektare.
Petani kedelai –juga jagung– di Amerika begitu mandirinya. Mereka seperti memegang teguh prinsip ini: "Tidak akan ada orang lain yang membantu kita kecuali kita sendiri".(Dahlan Iskan)