Ngantuk Terkulai

Ngantuk Terkulai.--

Bagi Trump New York terlalu kejam kepadanya –padahal dulu begitu banyak memberinya rezeki. 

Perkara ketiga ini pun juga di pengadilan New York. Beda jaksa. Beda hakim. Tapi mereka sama: sesama anggota Partai Demokrat. 

Trump begitu kesal perkara ketiga ini pun akhirnya jadi disidangkan.  

Tahap pertamanya sudah: pembentukan dewan juri. Proses seleksi dewan jurinya kali ini lebih rumit. Pihak Trump minta ikut dilibatkan dalam seleksi.  

Disetujui.  

Maka pengacara Trump ikut melakukan pemilihan. Ketat. Semua calon juri diperiksa sampai ke aktivitas medsos mereka. Mereka pernah posting apa saja. Dari postingan itu bisa diindikasikan akan memojokkan Trump atau tidak. 

Salah satu calon terang-terangan benci Trump. Maka tidak dipilih. 

Kamis lalu sudah terpilih tujuh orang juri. Tinggal pemilihan juri pengganti: juri cadangan. Siapa tahu ada yang mendadak berhalangan. 

Di proses pemilihan dewan juri inilah Trump mengantuk. Direkam media. Sampai dua kali.  

Tidak ada media yang mengindikasikan Trump lagi tidak sehat. Atau gula darahnya naik. Ia sehat. Hanya kesal. Melampiaskan kesal dengan cara mengantuk pertanda jiwanya sehat –daripada, misalnya, membenturkan kening ke tiang listrik. 

Nasib Trump berada di tangan dewan juri itu. Selama enam minggu persidangan dewan juri boleh "membolos" dari pekerjaan mereka sehari-hari. Ada yang guru, manajer profesional, ada juga seorang konsultan. 

Kali ini identitas dewan juri dirahasiakan. Pengacara Trump pun hanya boleh menggunakan identitas personal dewan juri untuk keperluan seleksi itu saja. Selebihnya tidak boleh membocorkan siapa saja mereka. 

Selama enam minggu ke depan kita akan melihat drama uang tutup mulut. Kita lihat saja: apakah di persidangan nanti kepalanya sering terkulai. (DAHLAN ISKAN) 

Tag
Share