Menteri PPPA Bintang Puspayoga: Norma Sosial dan Stereotip Gender Masih Menjadi Hambatan Besar dalam Pemberday
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, menyoroti berbagai aspek sosial seperti norma sosial, budaya, hingga stereotip gender yang masih menjadi isu besar yang berdampak luas pada perempuan dalam kontribusinya terha-foto : antaranews.com-
REL , Jawa Timur - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, menyoroti berbagai aspek sosial seperti norma sosial, budaya, hingga stereotip gender yang masih menjadi isu besar yang berdampak luas pada perempuan dalam kontribusinya terhadap proses pembangunan. Hal ini disampaikan dalam Rakornas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 2024 yang berlangsung pada hari Senin.
"Kita dihadapkan dengan tantangan yang sangat beragam, baik itu norma sosial, budaya, serta stereotip gender, yang masih menjadi isu besar yang berdampak luas terhadap perempuan dalam proses pembangunan," ujar Menteri Bintang.
Menteri Bintang mengidentifikasi beberapa tantangan yang dihadapi perempuan, termasuk dampak lingkungan dan stereotip yang mengakibatkan berbagai bentuk kekerasan berbasis gender, termasuk kekerasan berbasis gender online.
Ia menekankan pentingnya perhatian khusus pada kekerasan berbasis gender online, mengingat masih adanya gap besar antara jumlah kasus yang terjadi dengan yang dilaporkan.
BACA JUGA:Perkenalkan Makanan Khas, Pemprov Lampung Gelar Kuliner Lampung Festival 2024
Selain itu, Menteri Bintang menyoroti pergerakan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja yang stagnan selama satu dekade terakhir. Menurutnya, hal ini perlu menjadi fokus utama untuk mendorong pemberdayaan ekonomi perempuan.
Pembangunan ekonomi perawatan atau "care economy" juga disebut sebagai isu krusial untuk mengurangi beban ganda yang dialami perempuan dan mendorong partisipasi mereka dalam dunia kerja.
Menteri Bintang menekankan pentingnya dukungan terhadap perempuan dalam peran-peran perawatan agar mereka dapat berkontribusi lebih optimal dalam perekonomian.
Meskipun angka perkawinan anak telah menurun, Menteri Bintang mencatat bahwa permintaan dispensasi kawin yang masih tinggi menunjukkan perlunya perlindungan yang lebih baik terhadap hak anak-anak. Selain itu, kekerasan terhadap anak, terutama di dunia maya dan bullying yang terjadi di sekolah, rumah, dan ruang publik lainnya, serta maraknya kasus game online yang berdampak negatif, juga memerlukan perhatian serius.
BACA JUGA:Pesona Baru Semarang: Ada Kampung Pelangi Genuk Hingga Semarang Art Village Yang Wajib Dikunjungi
Menteri Bintang juga menyoroti ancaman terhadap kesehatan mental anak, khususnya depresi, yang menjadi fokus utama dalam upaya meningkatkan kualitas hidup generasi mendatang.
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, Menteri Bintang menegaskan perlunya akselerasi dalam pencapaian target pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak melalui perumusan dan pelaksanaan kebijakan yang efektif, koordinasi yang baik, serta penyediaan layanan yang memadai.
Harapannya, perempuan Indonesia menjadi perempuan berdaya yang memiliki kekuatan dan potensi untuk mengontrol hidup mereka, serta anak-anak Indonesia terlindungi dari ancaman kekerasan dan eksploitasi.
"Ketika perempuan berdaya dan anak terlindungi, maka terwujud masyarakat yang mandiri, maju, adil, dan makmur, melalui percepatan pembangunan dan perekonomian yang kokoh," tutup Menteri Bintang Puspayoga.