BPBD Sumsel Catat 970 Titik Hotspot di Sumsel
BPBD Sumsel Catat 970 Titik Hotspot di Sumsel --
REL, Palembang - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) melaporkan adanya peningkatan signifikan jumlah titik hotspot di wilayah tersebut. Hingga akhir Juli 2024, tercatat ada 970 titik hotspot yang tersebar di berbagai daerah di Sumsel.
Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Sumsel, Sudirman, mengungkapkan bahwa lonjakan jumlah hotspot ini terkait erat dengan musim kemarau yang mulai melanda wilayah tersebut.
"Puncak jumlah hotspot pada bulan Juli terjadi pada tanggal 24, di mana pada hari itu terdapat 82 titik hotspot. Secara keseluruhan, jumlah hotspot di bulan Juli mencapai 530 titik," ujarnya.
Sudirman menjelaskan bahwa prediksi BMKG menunjukkan bahwa musim kemarau memang mulai terjadi pada bulan Juli, yang menyebabkan peningkatan pesat jumlah hotspot dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
BACA JUGA:Didirikan Tiga Posko Terpadu Karhutla untuk Pengendalian Kebakaran Hutan
BACA JUGA:Kejari Ajak Masyarakat Laporkan Dugaan Korupsi
"Pada Juni lalu, hotspot di Sumsel hanya terpantau sebanyak 85 titik, sementara pada Mei ada 109 titik, April 84 titik, dan Maret 77 titik. Jumlah terendah terjadi pada Februari dengan hanya 15 titik, sedangkan pada Januari ada 70 titik," jelasnya.
Fenomena ini semakin mengkhawatirkan karena curah hujan yang minim dalam dua pekan terakhir.
Kondisi kering ini mempercepat kemunculan hotspot, yang merupakan indikasi awal potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
BPBD Sumsel, bersama dengan instansi terkait, terus melakukan upaya pemantauan dan penanganan dini untuk mengantisipasi karhutla. Sudirman menambahkan,
"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan dan hutan, serta melaporkan segera jika melihat adanya potensi kebakaran."
Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi Sumsel, terutama dalam menghadapi potensi kebakaran yang bisa berdampak luas, baik terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat.
Upaya pencegahan dan penanganan dini menjadi kunci dalam mengatasi peningkatan hotspot ini, sekaligus menjaga keberlanjutan ekosistem dan keselamatan warga.
Dengan adanya laporan ini, diharapkan semua pihak dapat lebih waspada dan proaktif dalam menghadapi musim kemarau dan potensi kebakaran yang meningkat.