Akselerasi Luar Biasa: Kelebihan dan Risiko Mobil Listrik dalam Mengemudi

Doc/Foto/Ist--

REL,BACAKORAN.CO - Dalam beberapa tahun terakhir, mobil listrik, terutama model-model seperti Tesla, telah menarik perhatian banyak konsumen dengan menawarkan akselerasi yang sangat cepat sebagai salah satu Unique Selling Point (USP) mereka.

Contohnya, Tesla Roadster mampu berakselerasi dari 0 hingga 100 km/jam dalam waktu hanya 3,7 detik, menempatkannya sejajar dengan supercar seperti Jaguar XJ220, Porsche 911 GT2, Ferrari F50, dan Mercedes-Benz CLK GTR yang dilengkapi mesin V12 berkapasitas 6900cc.Kecepatan ini sebagian besar disebabkan oleh kemampuan motor listrik yang mampu menghasilkan torsi tinggi pada putaran rendah.

BACA JUGA:Ribuan Bank-ATM di RI Tutup: Apa Penyebab di Balik Fenomena Ini?

BACA JUGA:Suzuki Indonesia Siap Ramaikan IMOS 2024 dengan 8 Motor Andalan

Misalnya saja GWM Ora 07 yang menggunakan satu motor listrik, dapat menghasilkan torsi hingga 340 Nm. Hal ini memungkinkan pengemudi untuk merasakan respon instan saat menginjak pedal akselerator. Dalam mesin pembakaran internal, torsi sebesar ini biasanya baru tersedia pada putaran mesin yang lebih tinggi, yaitu sekitar 4000 RPM, atau antara 1500-2500 RPM untuk mesin turbo. Hasilnya, mobil listrik dapat menawarkan akselerasi yang setara dengan mobil sport, menjadikannya pilihan menarik bagi para penggemar kecepatan.

Namun, kemampuan akselerasi yang mengesankan ini juga menimbulkan tantangan tersendiri bagi pengemudi yang baru beralih ke mobil listrik. Banyak dari mereka yang merasa kehilangan kendali akibat daya akselerasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan kendaraan konvensional. Jika kendaraan terlalu berat, maka akan semakin sulit untuk berhenti. Momentum yang dihasilkan saat melaju dengan kecepatan tinggi membuat mobil listrik menjadi sulit untuk dikendalikan, terutama saat melewati tikungan tajam. Hal ini dapat membuat mobil terasa seperti terlempar keluar jalur, berpotensi menimbulkan situasi berbahaya.

BACA JUGA:Tantangan Penjualan Motor dan mobil Listrik di Indonesia

BACA JUGA:Honda Rilis Motor Super Murah, Hanya Rp 8,6 Juta!

Beralih ke masalah bobot, mobil listrik cenderung lebih berat dibandingkan mobil berbahan bakar bensin, yang berdampak pada kualitas berkendara. Pengemudi sering mengeluhkan masalah keausan ban yang lebih cepat, dengan beberapa harus mengganti ban setiap 10.000 mil (sekitar 16.000 km). Keausan ini semakin mempengaruhi performa mobil saat berkendara di kondisi basah. Banyak produsen mobil listrik memilih untuk menggunakan ban yang lebih lebar guna mengendalikan torsi yang dihasilkan, tetapi ban lebar juga lebih rentan terhadap aquaplaning saat melintasi udara.

Dari sudut pandang desain, ada dua faktor utama yang dapat mempengaruhi kecenderungan aquaplaning: bentuk dan ukuran ban, serta distribusi berat kendaraan. Oleh karena itu, penting bagi pengemudi mobil listrik untuk memahami karakteristik kendaraan mereka dan mengadaptasi gaya berkendara mereka agar lebih aman.

BACA JUGA:Honda Rilis Motor Super Murah, Hanya Rp 8,6 Juta!

BACA JUGA:Tantangan Penjualan Motor dan mobil Listrik di Indonesia

Dengan segala kelebihan dan tantangan ini, kesadaran serta pengetahuan tentang cara mengemudikan mobil listrik dengan aman sangatlah penting, terutama bagi pengemudi baru yang mungkin belum terbiasa dengan kemampuan akselerasi yang ditawarkan. Seiring dengan perkembangan teknologi mobil listrik, diharapkan para produsen akan terus meningkatkan aspek keselamatan dan performa untuk memberikan pengalaman berkendara yang lebih baik.(*)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan