Mendikdasmen Abdul Mu'ti Kritisi Keras Program Merdeka Belajar: Filosofi yang Hilang dalam Kebijakan Pendidika
mendikdasmen abdul mu'ti-doc rel-
Mendikdasmen Abdul Mu'ti Kritisi Keras Program Merdeka Belajar: Filosofi yang Hilang dalam Kebijakan Pendidikan?
REL, Jakarta - Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti baru-baru ini menyatakan akan melakukan kajian mendalam terhadap kebijakan-kebijakan dalam program Merdeka Belajar.
program yang digagas oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) sebelumnya, Nadiem Makarim.
Kebijakan tersebut mencakup berbagai aspek, seperti penghapusan ujian nasional, penerapan zonasi, serta penggunaan Kurikulum Merdeka.
Abdul Mu'ti, yang juga Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dirinya akan mengamati program tersebut secara seksama dan berhati-hati dalam mengambil keputusan terkait kelanjutannya.
BACA JUGA:Pesan Gibran untuk Kemendikdasmen: Tinjau Zonasi dan Ajarkan Matematika Sejak TK
Ia mengindikasikan adanya perdebatan publik yang cukup serius terkait penerapan program ini, terutama terkait dampaknya terhadap kualitas pendidikan.
Dalam perjalanan lima tahun kepemimpinan Nadiem Makarim, program Merdeka Belajar telah berkembang hingga 26 episode sejak Desember 2019.
Salah satu perubahan signifikan adalah penghapusan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dan penggantian Ujian Nasional (UN) dengan Asesmen Nasional. Program ini mendapat apresiasi dari sejumlah kalangan, tetapi juga mendapat kritik tajam, salah satunya dari Abdul Mu'ti.
Kritik Abdul Mu'ti: Kurangnya Fondasi Filosofis
Dalam sebuah wawancara pada September 2022, Abdul Mu'ti menyampaikan kritik kerasnya terhadap konsep Merdeka Belajar.
Menurutnya, program ini kurang memiliki landasan filosofis dan kultural yang kuat sehingga tidak memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Mu'ti juga menilai bahwa konsep Merdeka Belajar bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Ia menyebut bahwa konsep ini sudah diletakkan oleh Ki Hajar Dewantara, yang mengajarkan pendidikan sebagai sarana untuk memerdekakan manusia.