Senyum Muda

Senyum Muda.--

"Tolong minta tempat duduk di tengah".

Itulah pilihan saya kalau naik bus. Bukan di depan, yang posisi tempat duduknya di depan roda atau di atas roda.

Saya perlu posisi yang lebih stabil: ingin banyak membaca dan menulis. Tidak mudah pusing. Posisi tengah lebih stabil: antara roda depan dan roda belakang.

Yang saya hindari total adalah duduk di kursi belakang. Apalagi paling belakang. Posisi kursinya di belakang roda. Bisa terbang saat membaca: termasuk huruf-hurufnya. 

BACA JUGA:Rusak Parah Jalan Desa Tanjung Kupang Baru, Warga Meminta Perhatian Pemerintah

BACA JUGA:5 Besar Perolehan Suara Partai dan Potensi Caleg Empat Lawang Duduk Di dapil 2

"Jangan paling belakang," kata saya setelah tahu bagian tengahnya pun sudah penuh. Saya sudah tua. Anak muda yang banyak pilih duduk di belakang. Apalagi yang lagi pacaran.

Ampun. Ini perjalanan panjang: 12 jam. Dari Madinah ke Riyadh. Kenapa tidak bisa duduk yang sesuai dengan kursi pilihan.

"Bus penuh. Yang ada tinggal satu kursi. Anda pembeli tiket terakhir".

Ampun. Itu pasti tempat duduk yang paling dihindari semua penumpang bus: paling belakang, paling pojok.

BACA JUGA:PAN Terbanyak di dapil 1, Berikut Enam Besar Prolehan Suara Partai dan Rincian Potensi Caleg Duduk

Apa boleh buat. Pasrah. Tawakal. Sudah takdirnya begitu. Move on. 

Saya lihat lembaran tiket: kursi nomor 49.

Mungkin ini hukuman bagi prangko yang melepaskan diri dari amplopnya. Si prangko ingin ke Riyadh untuk kali pertama. Jalan darat. 

Tag
Share