Krisis Energi di Tengah Konflik: Hongaria Menuduh Ukraina Memeras

Krisis energi di Eropa Tengah memanas setelah Hongaria menuduh Ukraina melakukan pemerasan dengan menghentikan aliran minyak Rusia melalui wilayahnya. Foto: Dok/Ist.--

REL , - Krisis energi di Eropa Tengah memanas setelah Hongaria menuduh Ukraina melakukan pemerasan dengan menghentikan aliran minyak Rusia melalui wilayahnya.

Tuduhan ini disampaikan oleh Gergely Gulyas, Kepala Kantor Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, dalam sebuah konferensi pers di Budapest pada hari Jumat.

Gulyas menuduh Ukraina menggunakan isu energi sebagai alat tekanan terhadap Hongaria dan Slovakia, yang menurutnya telah mendukung perdamaian dan gencatan senjata dalam konflik Ukraina-Rusia. Ia mengungkapkan bahwa penghentian transit minyak ini menimbulkan ancaman serius bagi keamanan energi kedua negara tersebut.

Krisis ini berawal pada Senin, 22 Juli, ketika Hongaria dan Slovakia bersama-sama mengajukan konsultasi dengan Uni Eropa sebagai tanggapan terhadap keputusan Kiev untuk menghentikan transit minyak mentah dari perusahaan minyak Rusia, Lukoil.

BACA JUGA:Masyarakat Adat Desa Fatumnasi Gelar Ritual Sanksi Adat atas Penebangan Pohon di Kawasan Hutan Lindung Mutis

Keputusan ini berdampak signifikan, mengingat Hongaria menerima sekitar 2 juta metrik ton minyak dari Rusia setiap tahunnya, yang mencakup sepertiga dari total impor minyak negara tersebut.

Gulyas menekankan pentingnya menemukan solusi pada bulan September untuk mencegah kekurangan minyak di Hongaria.

Ia mengusulkan tiga solusi potensial: pertama, Ukraina harus mengakui bahwa mereka tidak dapat menghentikan aliran minyak ke dua negara Uni Eropa tersebut; kedua, Komisi Eropa harus memberikan bantuan; dan ketiga, menemukan celah hukum yang memungkinkan minyak ditransfer oleh pihak yang tidak terpengaruh oleh sanksi.

Meski menghadapi ancaman kekurangan minyak, Gulyas meyakinkan masyarakat bahwa cadangan minyak Hongaria cukup melimpah untuk menangani situasi ini dalam jangka pendek.

Namun, kekhawatiran tetap ada mengingat ketergantungan yang tinggi pada pasokan minyak dari Rusia.

BACA JUGA:Presiden Joko Widodo Hadiri Musyawarah Nasional Relawan Alap-Alap Jokowi di De Tjolomadoe

Sementara itu, Perdana Menteri Slovakia Robert Fico menyatakan bahwa negaranya tidak akan menjadi "sandera" dalam hubungan antara Ukraina dan Rusia.

Meskipun ada sanksi Uni Eropa terhadap Rusia, baik Hongaria maupun Slovakia tetap menerima gas alam dan minyak melalui Ukraina, menunjukkan betapa pentingnya aliran energi ini bagi kedua negara yang terkurung daratan tersebut.

Situasi ini menggambarkan betapa rumitnya hubungan energi di tengah konflik geopolitik.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan