REL, Banyuasin – Kabupaten Banyuasin kini menegaskan posisinya sebagai penghasil ikan patin terbesar kedua di Sumatera Selatan, tepat di belakang Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur.
Data terbaru menunjukkan, produksi ikan patin di Banyuasin mencapai angka yang mencengangkan, yakni 1.200 ton setiap bulan.
Dengan harga pasar sekitar Rp18.000 per kilogram, total nilai produksi ikan patin di kabupaten ini mencapai Rp21 miliar per bulan.
Penjabat (Pj) Bupati Banyuasin, Muhammad Farid, mengungkapkan hal ini saat menyampaikan laporan di Pangkalan Balai, Ahad (28/9/2024).
BACA JUGA:Soroti Kelalaian dan Minimnya Perawatan
BACA JUGA:Kemenkumham Sumsel Sosialisasikan M-Paspor
"Sumatera Selatan ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI sebagai provinsi dengan produksi ikan patin tertinggi secara nasional. Dan Kabupaten Banyuasin menyumbang porsi besar sebagai produsen patin terbesar kedua setelah OKU Timur," jelasnya.
Ikan patin yang dihasilkan di Kabupaten Banyuasin, lanjut Farid, sebagian besar berasal dari Desa Sungai Rengit.
Desa ini memiliki area budidaya perikanan seluas 200 hektare, dan potensinya masih bisa ditingkatkan dengan luas lahan yang belum termanfaatkan mencapai 400 hektare.
Untuk memaksimalkan potensi ini, pemerintah pusat memberikan berbagai bentuk bantuan kepada masyarakat setempat.
Bantuan tersebut antara lain berupa satu unit alat berat/ekskavator, mesin pencetak pelet terapung, benih ikan, serta calon indukan unggul.
Bantuan ini ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas ikan patin dari daerah tersebut.
Berkat luasnya potensi budidaya ikan di Sungai Rengit, desa ini ditetapkan sebagai Kampung Perikanan Budidaya Patin.
"Penetapan ini sangat berdampak positif bagi perkembangan usaha perikanan budidaya di Kabupaten Banyuasin," kata Pj Bupati Farid.
Dengan ketersediaan lahan yang begitu luas dan dukungan penuh dari pemerintah, Kabupaten Banyuasin diperkirakan akan terus meningkatkan produksinya dan berkontribusi signifikan bagi pasokan ikan patin nasional.