REL, Muratara - Kabupaten Muratara, Provinsi Sumatera Selatan, mengalami banjir uluan yang disebabkan oleh meluapnya sungai Rawas dan Rupit.
Kejadian ini menjadi banjir terburuk dalam 20 tahun terakhir di wilayah tersebut.
Informasi yang berhasil dikumpulkan pada Kamis (11/1) sekitar pukul 08.00 WIB menyebutkan bahwa 8 jembatan gantung putus, 20 Ribu KK terisolir, 6 kecamatan terendam, dan puluhan sekolah harus ditutup karena dampak banjir.
Kepala BPBD Muratara, H Zaenal Arifin, mengonfirmasi bahwa bencana banjir di wilayah tersebut merupakan yang terparah dalam 2 dekade terakhir.
BACA JUGA:Prabowo Resmikan Kantor DPD Partai Gerinda Sumsel
BACA JUGA:Pj Gubernur Sumsel Terima Kunjungan Regional CEO BRI Palembang
Wilayah Uluan yang jarang mengalami banjir, kali ini ikut terendam, termasuk daerah Rawas Ulu, Kuto Tanjung, Napalicin, Muara Kuis, Muara Kulam, Remban, dan Lubuk Kemang.
"Pagi ini, kami menerima laporan bahwa delapan jembatan putus dan 20 ribu KK terisolir. Kami sedang berkoordinasi dengan berbagai pihak dan mengumpulkan data di lapangan," kata H Zaenal Arifin.
Banjir disebabkan oleh meluapnya sungai Rawas dan Sungai Rupit, dengan kedalaman rata-rata mencapai 1-5 meter, terutama di sekitar bantaran sungai.
Fasilitas umum, seperti kantor camat, kantor perwakilan Danramil, Puskesmas, dan tiang listrik, juga mengalami dampak serius.
BACA JUGA:Disdikbud Gelar Sosialisasi Pendidikan Berbasis Data
8 jembatan gantung putus, termasuk di Desa Batu Gajah, Desa Sosokan, Desa Muara Kuis, dan Desa Kemang, sementara 17 sekolah terendam banjir.
"Hal ini merupakan banjir terparah dalam 20 tahun terakhir. Dulu, sekitar tahun 2004, pernah terjadi banjir serupa, tetapi kali ini mungkin lebih parah lagi, sebab air sepertinya masih terus naik," ungkap H Zaenal Arifin.
BPBD Muratara juga melaporkan evakuasi ratusan santri Ponpes Alkhoiriah di wilayah Rawas Ulu, yang terendam banjir dan berada di tikungan arus sungai Rawas.
Sekolah-sekolah yang terendam ditutup sementara, dan PLT Disdik Muratara, Zazili, menyatakan kemungkinan jumlah sekolah yang terdampak akan terus bertambah mengingat intensitas curah hujan yang terus meningkat di wilayah hulu.