Kenapa Program Makan Bergizi di Jepang Lebih Efektif? Simak Penjelasan Ahli Gizi

Jumat 17 Jan 2025 - 06:30 WIB
Reporter : Edo
Editor : Edo

REL - Program Makan Bergizi (MBG) di Indonesia dan negara seperti Jepang memiliki perbedaan signifikan dalam pendekatannya, sebagaimana diungkapkan oleh dokter dan ahli gizi masyarakat, Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum. Dr.

Tan Menyebutkan bahwa program MBG di Jepang jauh lebih terarah dan sistematis dibandingkan dengan yang diterapkan di Indonesia.

Di Jepang, anak-anak dari berbagai lapisan ekonomi, baik dari keluarga mampu maupun tidak, mendapatkan makanan bergizi di sekolah.

Sistem ini mengadopsi mekanisme pembiayaan yang bijaksana. Anak-anak dari keluarga tetap memperoleh makanan bergizi, namun biaya makanannya ditagihkan kepada orang tua dan dimasukkan ke dalam biaya sekolah.

Sebagian dari biaya ini kemudian digunakan untuk mensubsidi anak-anak dari keluarga kurang mampu, sehingga mereka pun bisa mendapatkan makanan dengan kualitas yang sama tanpa harus membayar.

Dengan cara ini, tidak ada perbedaan dalam kualitas gizi yang diterima oleh anak-anak, apapun latar belakang ekonomi mereka.

BACA JUGA: Pelantikan Kepala Daerah Sumsel Dijadwalkan Februari 2025 Sesuai Perpres 80/2024

Sebaliknya, di Indonesia, program MBG diterapkan secara lebih universal, tanpa membedakan status ekonomi anak-anak.

Hal ini berarti semua siswa mendapatkan makan bergizi tanpa mempertimbangkan apakah mereka berasal dari keluarga mampu atau tidak.

Meskipun program ini sangat mulia dan bertujuan baik, Dr. Tan menyoroti bahwa hal tersebut dapat berdampak pada pengalokasian dana yang besar, yang berpotensi mengurangi anggaran untuk program-program lainnya yang tak kalah penting.

BACA JUGA: Pemerintah Bakal Putuskan Kebijakan Libur Ramadhan, Begini Tanggapan Muhammadiyah

Menurut Dr. Tan, meskipun tujuan program ini adalah untuk menyediakan makanan bergizi bagi semua anak, hal tersebut seringkali menimbulkan beban bagi anggaran negara dan pada akhirnya mempengaruhi para pembayar pajak.

Sistem yang diterapkan di Jepang, dengan prinsip subsidi silang, dinilai lebih efektif dalam memastikan kelangsungan program sambil menjaga keberagaman anggaran negara.

Dengan adanya perbedaan tersebut, Dr. Tan berharap Indonesia dapat mempertimbangkan penerapan sistem yang lebih terarah seperti yang diterapkan di negara-negara maju seperti Jepang, yang mampu menjaga kualitas gizi bagi anak-anak tanpa membebani anggaran secara berlebihan.

BACA JUGA: Harga Toyota Voxy Naik di Januari 2025: Siap-siap Siapkan Dana Lebih untuk MPV Mewah Ini!

Kategori :