REL, Sumsel - Amukan angin tornado di perbatasan Bandung dan Sumedang, Jawa Barat ternyata berpotensi terjadi di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel). Salah satunya yang rawan yakni kawasan Musi Rawas-Lubuklinggau-Muratara (MLM). Juga beberapa daerah lain.
Kepala Unit Analisis dan Prakiraan Stasiun Meteorologi SMB II Palembang, Sinta Andayani, mengatakan, angin tornado seperti kejadian di Rancaekek bandung, teryata bukan fenomena baru di wilayah Sumsel.
“Angin tornado merupakan istilah lain dari angin puting beliung, masyarakat menyebutnya angin puyuh. Fenomena angin memutar dan sering terjadi di wilayah Sumsel," ungkapnya, kemarin (25/2).
Shinta menyebutkan, angin puting beliung dengan kecepatan 120 km/jam sering disebabkan awan Cumulonimbus (CB). Dengan durasi cukup lama, sekitar 5 menit sampai 10 menit.
BACA JUGA:Bawaslu Sumsel Terima 11 Laporan Pelanggaran
BACA JUGA:Selesai Bertugas, Personil Dicek Kesehatan
Selain awan CB, penyebab angin ini dipengauhi letak geografis dan cuaca. BMKG mempredikisi, untuk beberapa hari ke depan potensi cuaca ekstrem di wilayah Sumsel masih tinggi. Kondisi ini pengaruh dari pola angin belokan dan konvergensi di sekitar wilayah Sumsel.
"Masyarakat dan instansi terkait diimbau tetap siaga bencana karena kita masih dalam periode musim hujan. Selain intensitasnya sedang hingga lebat," jelasnya.
Kepala BPBD Muratara, H Zaenal Arifin mengimbau warga mewaspadai sejumlah potensi bencana. "Daerah kita memang langganan bencana, jadi mesti tetap waspada," timpalnya. Yang sering terjadi di Kabupaten Muratara yakni bencana banjir, angin puting beliung serta kebakaran. "Kalau angin puting beliung sulit diprediksi. Beda dengan banjir, di mana kita bisa memprediksi dengan melihat tanda tanda alam," bebernya.
Bencana angin puting beliung pernah terjadi pada sejumlah wilayah di Muratara, seperti Rupit, Rawas Ilir, Rawas Ulu, Nibung, dan Karang Jaya. Sepanjang 2022-2023, setidaknya sudah terjadi lima kali angin puting beliung. Ratusan rumah warga rusak.
BACA JUGA:Puji Kebiasaan Para Pemain Bertarung Hingga Akhir
Catatan koran ini, angin kencang dan puting beliung sepanjang 2022 menjadi salah satu bencana alam yang banyak mengakibatkan kerusakan di Sumsel. Sekitar 802 rumah, sekolah dan musala rusak.
Ribuan warga terdampak. Kejadian tersebut di beberapa daerah rawan. Seperti Muratara, Banyuasin, Muara Enim, Mura, Ogan Ilir, OKI, OKU Timur, Lubuklinggau, Prabumulih, Lahat, Muba, dan OKU.
Pada 2023 setidaknya delapan kali angin puting beliung. Misalnya, 5 November di PALI, rusak atap RS Pratama Tanah Abang. Pada 4 November di Muratara, rusak atap Masjid Taqwa di Desa Lubuk Kemang, Kecamatan Rawas Ulu dan beberapa rumah warga. Lalu, 4-5 November di Prabumulih, tumbangkan pohon, rusak beberapa atap rumah warga di Prabujaya. Cambai, Karang Raja
Di OKI, beberapa kali terjadi. Di Desa Serigeni baru rusak 35 rumah. Di Celikah robohkan pagar puskesmas. Rusak rumah di Desa Kepahyang Lempuing Jaya dan Desa Tirta Mulya Air Sugihan. Di OKU, robohkan pohon, timpa rumah dan tiang PLN di Baturaja Timur. Daerah rawan lain di Baturaja Barat dan Sinar Peninjauan.