REL, Palembang - Target produksi batu bara di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) tahun ini telah ditetapkan mencapai 110 juta ton, melampaui capaian tahun sebelumnya. Menurut Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumsel, Hendriansyah, target tersebut naik dari 103 juta ton pada tahun sebelumnya.
Hendriansyah menyatakan optimisme bahwa target tersebut dapat tercapai, merujuk pada pencapaian rekor produksi batu bara Sumsel sebesar 103 juta ton pada tahun 2023, yang merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah provinsi tersebut. Pada tahun 2022, produksi batu bara di Sumsel masih berada di kisaran 90 juta ton.
Penyebab utama kenaikan target produksi ini adalah kontrak dan pembangunan IPP (Independent Power Producer) Power Plan Sumsel 8 dan Sumbagsel 1 di Baturaja, Kabupaten OKU. Menurut Hendriansyah, kebutuhan yang tinggi dari pembangunan tersebut mendorong produksi batu bara harus melampaui 100 juta ton.
Sementara itu, sekitar 30 persen dari produksi batu bara Sumsel akan diekspor, dengan nilai ekspor pada tahun sebelumnya mencapai US$3.381 juta. Produksi batu bara tersebut tidak hanya berasal dari PT Bukit Asam (PTBA) tetapi juga dari perusahaan lain seperti PT BAU dan PT MAS.
BACA JUGA:Dorong Sinergi dengan Kemahasiswaan
BACA JUGA:Pj Gubernur Minta Jaga Kedamaiam di Sumsel
Dalam hal cadangan, Hendriansyah mengungkapkan bahwa Sumsel memiliki sekitar 8,54 miliar ton batu bara yang belum dieksplorasi, menyumbang 33,07 persen dari jumlah cadangan batu bara nasional yang mencapai 25,82 miliar ton.
Meskipun sektor pertambangan menjadi penopang utama perekonomian Sumsel, ada tantangan baru yang dihadapi, terutama terkait transisi energi pasca Paris Agreement tahun 2015. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, Ricky P, menyatakan bahwa sektor pertambangan berkontribusi sekitar 26,6 persen terhadap ekonomi Sumsel tahun 2023, dengan batu bara menjadi sub-sektor terbesar.
Ricky menekankan pentingnya memperhatikan tren perkembangan energi terbarukan ke depan dan mempersiapkan diri terhadap peluang baru di sektor ini. Dia juga menyoroti perlunya strategi untuk mendorong penggunaan energi terbarukan dan konservasi energi di Sumsel, termasuk melalui pengembangan transportasi massal berbasis energi listrik seperti LRT serta pelibatan pihak swasta dalam pengembangan energi baru terbarukan.
Program-program tersebut diharapkan dapat memberikan wawasan dan meningkatkan komitmen semua pihak terhadap penguatan sektor pertambangan di Sumsel serta memperkuat sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha dalam mendorong pengembangan sektor pertambangan yang berkelanjutan. (*)