REL, OKI - Ratusan kerbau di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, telah dilaporkan mati mendadak, menimbulkan kekhawatiran dan kebingungan di kalangan peternak dan masyarakat setempat.
Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) OKI telah mengambil serangkaian langkah mitigasi untuk menangani situasi darurat ini.
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan OKI, Dedy Kurniawan, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan uji sampel untuk mengidentifikasi penyebab kematian mendadak ini.
Meskipun hasil uji laboratorium menunjukkan negatif terhadap dugaan keracunan, namun gejala penyakit septiceimia epizootica (SE) tampak jelas dari pemeriksaan fisik dan klinis.
BACA JUGA:Rawan Banjir Ditambah Bau Sampah
BACA JUGA:Ratusan Warga 3 Desa Ceburkan Diri ke Tebat Besak
Langkah-langkah konkret telah diambil oleh pihak Disbunnak sejak menerima laporan pertama, termasuk penguburan bangkai, disinfeksi kandang, pengobatan serentak, vaksinasi, dan peningkatan upaya surveilans.
Namun, adanya kematian kerbau pasca vaksinasi menimbulkan pertanyaan baru. Menurut Dedy, hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kekebalan tubuh yang belum sempurna, pemindahan ternak dari zona tertular ke zona steril, dan faktor-faktor lain seperti investasi parasit darah.
Sementara petugas di lapangan terus berupaya melakukan pengobatan, Dedy mengingatkan bahwa libur Hari Raya Idul Fitri hanya memberikan jeda singkat dalam penanganan krisis ini.
Data terbaru dari Disbunnak OKI mencatat bahwa jumlah kematian ternak telah mencapai angka yang mengkhawatirkan, mencapai 431 ekor kerbau hingga Sabtu kemarin.
Dedy menekankan pentingnya langkah-langkah mitigasi yang harus diambil oleh peternak untuk mencegah penularan lebih lanjut, termasuk menjaga kebersihan kandang, memberikan pakan yang baik, dan memberikan suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak.
Meskipun demikian, Dedy menegaskan bahwa vaksinasi tetap merupakan langkah yang penting, dan tidak ada efek samping yang perlu dikhawatirkan.
Keberlanjutan upaya mitigasi dan kerjasama antara pihak berwenang dan peternak diharapkan dapat mengendalikan penyebaran penyakit ini dan melindungi populasi ternak yang tersisa. (*)