Upacara Tabot Tabuik: Tradisi Budaya dari Pariaman

Senin 08 Jul 2024 - 12:44 WIB
Reporter : Riski
Editor : Riski

REL , Sumatera Barat - Upacara Tabot Tabuik adalah salah satu tradisi budaya yang sangat kental di Kota Pariaman, Sumatera Barat.

Upacara ini memiliki akar sejarah yang panjang dan kaya, mencerminkan pengaruh dari budaya Islam dan sejarah lokal masyarakat Minangkabau. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi asal usul, pelaksanaan, dan makna dari upacara Tabot Tabuik.

Upacara Tabot Tabuik berasal dari tradisi Syiah yang memperingati peristiwa Karbala, di mana cucu Nabi Muhammad, Husain bin Ali, terbunuh dalam pertempuran.

Tradisi ini dibawa oleh para pedagang dan pekerja dari India Selatan yang bermukim di daerah pesisir Sumatera Barat pada abad ke-19. Nama "Tabot" sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti peti atau kotak, yang dalam konteks ini merujuk pada keranda yang diarak selama upacara.

BACA JUGA:4 Lokasi Wisata Edukatif di Bandung untuk Liburan Sekolah yang Tak Terlupakan

BACA JUGA:Melihat Keindahan Tulungagung: 5 Rekomendasi Wisata yang Harus Dikunjungi

Upacara Tabot Tabuik biasanya berlangsung selama sepuluh hari, dimulai dari tanggal 1 hingga 10 Muharram dalam kalender Islam. Berikut adalah tahapan utama dalam pelaksanaan upacara ini:

1. Pembuatan Tabuik: Tabuik adalah sebuah replika keranda berbentuk menara yang dihiasi dengan kain berwarna-warni dan ornamen lainnya. Pembuatan Tabuik melibatkan berbagai elemen masyarakat dan membutuhkan waktu yang cukup lama.

2. Prosesi Mengambil Tanah: Pada hari pertama, dilakukan prosesi mengambil tanah dari tempat yang dianggap sakral. Tanah ini kemudian diletakkan di dasar Tabuik sebagai simbol kesucian.

3. Upacara Martyr: Pada hari-hari berikutnya, diadakan berbagai ritual yang mengisahkan kembali peristiwa Karbala. Ada juga pementasan seni tradisional dan pertunjukan musik yang memeriahkan suasana.

BACA JUGA:Rekomendasi Destinasi Wisata Instagramable di Bandung Barat Saat Liburan Sekolah

BACA JUGA:Keindahan Wisata Alam di Ciwidey, Bandung Selatan

4.Puncak Acara: Puncak upacara berlangsung pada hari ke-10 Muharram, di mana dua Tabuik diarak menuju pantai. Prosesi ini diiringi dengan tabuhan gendang, ratapan, dan doa-doa. Di pantai, Tabuik kemudian dilarung ke laut sebagai simbol pengorbanan dan pembebasan.

Upacara Tabot Tabuik memiliki makna spiritual dan sosial yang mendalam. Secara spiritual, upacara ini merupakan bentuk penghormatan dan peringatan terhadap pengorbanan Husain bin Ali. Secara sosial, upacara ini menjadi momen penting untuk mempererat kebersamaan dan gotong royong di antara masyarakat Pariaman.

Selain itu, upacara ini juga menjadi atraksi budaya dan wisata yang menarik banyak pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal ini turut berkontribusi pada pelestarian budaya lokal dan peningkatan perekonomian daerah.

Kategori :

Terkait