Pikul Agama
Disway--
Oleh: Dahlan Iskan
SAAT ikut memikul tandu dewa Cheng Ho di Semarang, Minggu pagi lalu, pikiran saya melayang ke Kumaila nan cantik.
"Tidak ada agama yang masuk akal", judul podcast anak muda yang hafal quran dan lulusan Institut Ilmu Alquran yang sekarang lagi viral itu.
Tandu itu berat sekali. Dipikul empat orang. Banyak yang berebut ingin memikulnya. Termasuk tokoh-tokoh Tionghoa Semarang.
Jam 05.00 pagi mereka sudah berkumpul di Kelenteng Besar Tay Kak Sie. Di Jalan Lombok. Dari situlah Dewa Cheng Ho diarak menuju Kelenteng Agung Sam Poo Kong. Bersama abu hio selama setahun di klenteng tersebut.
BACA JUGA:Serem Banget, Ini Sejarah dan Mitos Asal-Usul Suku Anak Dalam Jambi! Ini Ceritanya
BACA JUGA:Satgas Illegal Drilling Sumsel Ungkap 58 Kasus dan Selamatkan Potensi Kerugian Rp 2,65 Miliar
Saya harus tahu diri. Maka begitu keluar dari Kelenteng Tay Kak Sie saya ingin menyerahkan posisi saya ke tokoh lain. "Sudah tidak kuat?" tanya ketua panitianya, Novi Sofian.
Saya malu menjawab tidak kuat lagi. Novi cantik sekali. Lima ''i''. Dia aktivis Tionghoa terkemuka di Semarang. Pengusaha. Dua anaknyi laki-laki semua, sudah dewasa semua, ganteng-ganteng semua. Ternyata adik-adik Novi juga sama cantiknya. Pun ibunyi. Kakak laki-lakinyi, Tommy Su, selalu juara karaoke lagu Mandarin tingkat nasional.
"Kalau masih kuat, terus saja, Pak," ujar Novi.
"Nggak enak dengan yang lain," jawab saya.
BACA JUGA:Yordania Tegaskan Tidak Akan Izinkan Penggunaan Wilayah Udara untuk Serangan Militer
BACA JUGA:Lobster Langka Berwarna-Warni: Membuka Tabir Misteri Genetik
"Mboten menapa-menapa," kata Novi lagi.