Peninggalan Berharga Kerajaan Samudra Pasai: Menelusuri Jejak Sejarah dan Budaya Islam Pertama di Indonesia
Ilustrasi. Foto: dok/Ist.--
Dirham, mata uang Arab zaman Nabi, juga digunakan di era Samudra Pasai. Koin ini terbuat dari emas dengan nilai 17-18 karat dan memiliki diameter 1 cm serta berat 0,57 gram, dihiasi aksara Arab dengan nama-nama sultan yang memerintah.
4. Cakra Donya
Cakra Donya adalah lonceng besi yang diberikan oleh Laksamana Cheng Ho kepada Sultan Malikud-Dhahir pada tahun 1409 M. Lonceng ini menandakan persahabatan antara Kaisar Tiongkok dan Kesultanan Samudra Pasai dan kini disimpan di Museum Aceh sejak tahun 1915.
BACA JUGA:Miliki Kekuatan Ini, Bangsa Indonesia Usir Penjajah! Benarkah Ada Kekuatan Magis?
5. Stempel Sultan al-Malik az-Zhahir
Stempel milik Sultan Muhammad al-Malik az-Zhahir, sultan kedua Kesultanan Samudra Pasai, ditemukan di Desa Kuta Krueng, Aceh Utara. Stempel ini terbuat dari tanduk hewan dengan kaligrafi Khufi bertuliskan "Mamlakah Muhammad."
6. Hikayat Raja-raja Pasai
Karya tulis yang diperkirakan ada sejak tahun 1360 M ini menunjukkan perkembangan sastra Melayu klasik dan peran Samudra Pasai sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara.
7. Naskah Surat Sultan Zainal Abidin
Surat tulisan tangan Sultan Zainal Abidin, yang wafat pada tahun 1519 M, ditujukan kepada Kapten Moran, wakil raja Portugis di India. Surat ini mengadukan kerugian yang dialami kesultanan akibat ulah utusan Portugis.
BACA JUGA:Ada Penyakit Jatung? Jangan Cobain 7 Wisata Adrenalin di Jambi Ini, Kalau Nggak Mau Koit
8. Tradisi Peutroen Aneuk
Tradisi Peutroen Aneuk, upacara bayi menginjak tanah pertama kali, masih dilestarikan hingga kini. Tradisi ini melibatkan upacara berkeliling rumah, memandikan bayi, serta berziarah di sekitar rumah.
Peninggalan-peninggalan ini hanya sebagian dari artefak yang ditemukan oleh para peneliti. Wisatawan dapat melihat artefak-artefak kuno tersebut di Museum Islam Samudra Pasai di Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara. Museum ini menyajikan informasi sejarah yang akurat dan memungkinkan kita untuk lebih memahami kehidupan sosial, budaya, dan politik di bawah kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai.***