Saat Mencari Senjata, TNI Justru Temukan Harta Karun Emas dan Berlian Senilai Rp 6 Miliar: Begini Ceritanya!
Doc/Foto/Ist--
REL,EMPATLAWANG.BACAKORAN.CO.ID -Pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia, di tengah ketegangan yang mencekam antara TNI dan pasukan Belanda, sebuah penemuan tak terduga mengguncang perhatian banyak orang.
Berawal dari misi pencarian senjata di wilayah Cigombong, Jawa Barat, yang sebelumnya ditempati oleh pasukan Jepang, TNI justru menemukan harta karun yang luar biasa—emas dan berlian senilai miliaran rupiah.
BACA JUGA:Polsek Air Kumbang Amankan Terduga Pelaku Penjual Sabu
BACA JUGA:Polres Oi Amankan Pelaku Pembunuhan di Desa Sentul
Pada tahun 1946, tentara yang awalnya mencari senjata untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia menemukan sebuah peti misterius yang sangat besar. Dalam kegembiraan dan harapan, mereka berharap peti itu berisi senjata atau obat-obatan penting.
Namun, peti tersebut justru mengandung sesuatu yang tidak terduga—kondom. Meski penemuan ini mengecewakan, hal ini justru memicu semangat tentara dan warga setempat untuk menggali lebih dalam dengan harapan menemukan barang berharga lain yang dapat digunakan dalam perjuangan melawan Belanda.
BACA JUGA:Kekuatan Militer TNI AD: Pilar Utama Pertahanan Darat Indonesia
BACA JUGA:DPR Pertimbangkan Anulir Putusan MK Terkait Ambang Batas Pilkada
Di tengah pencarian yang intens, berbagai barang ditemukan, termasuk sebuah bom yang tragisnya meledak dan melukai beberapa anggota TNI. Namun, temuan yang paling mengejutkan adalah sebuah guci yang penuh dengan emas dan berlian.
Guci tersebut ditemukan oleh Sersan Mayor Sidik, yang kemudian menyerahkannya kepada Kolonel Alex Evert Kawilarang, komandan brigade TNI yang dikenal tegas dan berdedikasi.
Kabar mengenai harta karun ini dengan cepat menyebar, memicu keinginan banyak orang untuk memilikinya. Menyadari potensi konflik, Kolonel Kawilarang dengan tegas menegaskan bahwa harta ini hanya akan digunakan untuk perjuangan.
Ia bahkan mengancam dengan mengangkat dua peti granat sambil berkata, "Bapak-bapak mau berjuang lagi? Ini untuk berjuang," memperingatkan siapa pun yang berniat menguasai harta tersebut untuk kepentingan pribadi.