Kereta Luxury

Dahlan Iskan di dalam kereta luxury.--

Dalam hati saya agak mendongkol. Tapi salah saya sendiri: mengapa tidak meninggalkan pesan jangan dibangunkan untuk makan. 

Di pesawat saya selalu berpesan pada pramugari: kalau tertidur jangan dibangunkan. Bagi orang seperti saya tidur lebih penting daripada makan. 

Masalahnya: saya tidak mengira kalau akan ada makan malam. Tidak lama kemudian sang pramugari datang lagi. Membangunkan lagi. Saya tetap pura-pura sudah tidur. Pun ketika dibangunkan beberapa kali. 

Pramugari pun pergi. 

Harapan saya untuk tidur nyenyak tidak kesampaian. Bukan soal dibangunkan itu tapi soal lain: guncangannya. Guncangan di sepanjang perjalanan membuat saya tidak bisa lelap. 

Saya tahu: rel kita sudah tua. Pun bukan milik KAI. Rel adalah milik pemerintah. Atau karena gerbong ini di posisi sangat belakang? 

Mungkin saya harus sering-sering naik luxury: agar terbiasa dengan guncangan.(Dahlan Iskan)

Tag
Share