Nostra Aetate

Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily meminta masyarakat untuk tidak memperdebatkan soal imbauan tayangan adzan magrib diganti teks berjalan saat misa akbar di Gelora Bung Karno (GBK).-X/@m_nurfatoni---

Anak pertamanya sudah lulus dari universitas di Nanjing dan kini lanjut ke S-2 di Tiongkok.

BACA JUGA:Pipa Minyak Kembali Dirusak di Sumur Terbakar Sungai Dawas, Tumpahan Minyak Picu Kerusakan Lingkungan

BACA JUGA:Polisi Tangkap Pencuri Sawit di Kebun Warga STL Ulu Terawas, Satu Pelaku Diamankan, Tiga Kabur 

Kiai Yusuf lulus S-1 UI jurusan sastra Arab. Lalu lulus S-2 UI di kajian hubungan internasional dengan spesialisasi Timur Tengah dan Islam. 

Ia masih ambil S-2 lagi untuk Islamic College of Advance Studies jurusan Filsafat Tasawuf. Di bidang itu pula doktornya. 

Ilmu agamanya sendiri didapat sejak masih anak-anak. Sejak SD ia sudah bisa baca kitab klasik pesantren. Kitab gundul. Gurunya adalah seorang kiai spiritual karismatis di sekitar Jakarta, KH Zahdam, Cikarang. 

Ia masih lanjut nyantri ke beberapa kiai terkemuka di antaranya KH Idham Kholid. Juga belajar ulumul Quran dari Sheik Syarif Hidayat Muhammad Tasdiq. Lalu belajar tasawuf dan filsafat Islam ke Prof Hemati dari Iran dan dari Prof Seyyed Hossein Nasr. 

Yang terakhir itu Anda sudah tahu: seorang filsuf sekaligus seorang sufi dari George Washington University, Amerika Serikat. Ia masih keturunan seorang alim dari era Dinasti Safavid, Mulla Seyyed Muhammad Taqi. 

Lembaga Vatikan yang memberinya beasiswa itu adalah Nostra Aetate Pontifical Council of Interfaith Dialogue. 

Nama ''Nostra Aetate'' diambil dari kata pertama dalam Konsili Vatikan II tahun 1962 yang disahkan tahun 1965. 

Saat itulah Gereja Katolik menyatakan bahwa ''Keselamatan'' juga bisa datang dari agama lain selain Katolik. Ini revolusi besar di gereja Katolik: mengakui kebenaran tidak hanya ada di agama Katolik. 

''Nostra Aetate'' artinya ''Zaman Kita''. Keputusan itu diambil dalam sidang besar para Uskup sedunia lewat pemungutan suara dengan hasil 2.221 lawan 88. 

Rasanya baru Katolik yang mau mengakui bahwa kebenaran juga ada di agama lain. 

Bulan depan, 28 Oktober, keputusan besar itu berumur 59 tahun. Di peringatan ke-60 tahun depan, Kiai Yusuf diundang ke Vatikan. Ia sudah mendapat undangannya. 

Sejak Kiai Yusuf tersebut kini sudah ada tujuh orang Islam Indonesia yang menerima beasiswa Nostra Aetate. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan