Ikut Sendiri
---
Maka kami sedikit telat tiba di Disneyland. Telat lima menit. Akibatnya: formasi jalur antrean sudah berubah. Lima menit sebelumnya lajur yang agak lurus masih buka. Lalu ditutup. Dibelok-belokkan. Diputar-putar. Kami pun dimasukkan labirin tanpa ujung. Manusia terlalu banyak. Belum pukul 07.15. Sudah demikian banyaknya manusia.
"Kai sih tidak percaya anak muda," komplain sang SMA.
Kami pun harus jalan kaki lebih jauh. Di labirin itu. Tiap 50 meter diputer balik. Mungkin sampai 25 kali. Atau 50. Sambil kedinginan. Pagi yang berkabut. Kabut pagi pun membatasi jarak pandang. Sinar matahari seperti mati lampu.
BACA JUGA:Apes, 2 Petasan Meledak di Tangan
Padahal, di kereta bawah tanah tadi si SMA sudah mencari rute yang hanya pindah kereta sekali. Yang hanya berhenti di 22 stasiun. Istri saya pun sudah bisa cepat masuk kereta –sekalian dengan kursi rodanya.
Akhirnya sampailah antrean itu di pos pemeriksaan security. Lolos. Masuk halaman luas. Mata jelalatan mencari di mana loket jualan tiket.
Ada. Gembira. Di sana. Loketnya banyak sekali.
Tutup semua.
BACA JUGA:Kurang dari 10 Menit Eeng Bunuh Satu Keluarga
Yang jaga pun tidak ada.
Yang ada sebuah pengumuman: Disneyland tidak lagi jual tiket di lokasi. Semua harus beli online. Sejak Disneyland buka kembali setelah Covid-19.
"Sudah dibilang....".
"¿¢§°¿©§," kata saya pada diri sendiri.
BACA JUGA:Perkebunan Teh Dipadati Pengunjung
Istri pun tidak menampakkan sikap membela suami.