Sejarah Kalender Imlek: Dari Wuxing hingga Tahun Ular Kayu 2025

Hari ini, warga etnis Tionghoa di seluruh dunia, termasuk Indonesia, merayakan Tahun Baru Imlek 2576, yang dikenal sebagai "Tahun Ular Kayu".-ilustrasi/REL-@canva

REL, Jakarta – Hari ini, warga etnis Tionghoa di seluruh dunia, termasuk Indonesia, merayakan Tahun Baru Imlek 2576, yang dikenal sebagai "Tahun Ular Kayu".

Di balik perayaan penuh warna ini, tersimpan sejarah panjang dan menarik tentang penanggalan kalender Imlek, yang merupakan perpaduan unik antara kalender Bulan dan Matahari atau Lunisolar.

Sejarah Kalender Imlek

Penamaan "kalender Imlek" berasal dari frasa ‘Yin-li’ dalam Bahasa Mandarin, yang berarti kalender bulan.

BACA JUGA:Poligami Itu Boleh, Tapi Kamu Bukan Nabi! Gus Baha Beri Pesan Menohok

Meskipun begitu, kalender Imlek sebenarnya bersifat Lunisolar, karena disesuaikan dengan peredaran Matahari dan Bulan untuk menentukan musim.

Awalnya, kalender Imlek berbasis peredaran semu tahunan Matahari (Suryakala).

Dalam satu tahun, terdapat lima fase yang masing-masing mencerminkan lima unsur dalam Wuxing: kayu, api, tanah, logam, dan air.

Setiap fase berlangsung selama 72 hari, dibagi menjadi dua bulan, sehingga satu tahun terdiri dari 10 bulan dengan total 360 hari.

BACA JUGA:Berapa Hari Lagi Puasa Ramadhan 2025? Simak Jadwal Lengkap Kemenag dan Muhammadiyah!

Menariknya, setiap bulan dipecah menjadi tiga pekan, dan setiap pekan memiliki 12 hari.

Ke-12 hari tersebut dilambangkan oleh 12 hewan mitologi China: tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi.

Transformasi Kalender dari Masa ke Masa

Kalender Imlek telah mengalami berbagai perubahan seiring waktu.

BACA JUGA:Mengungkap Rahasia Sukses Bisnis Nabi Muhammad: Jujur, Amanah dan Investasi Cerdas

Salah satu transformasi besar terjadi pada tahun 1901, ketika zona waktu diubah dari waktu tolok Shanghai (UT+8.05.43) ke waktu tolok China (UT+8).

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan