Mengejutkan! Masjid Tertua di Lumajang Ini Tak Pernah Direnovasi Selama 114 Tahun

Di tengah perkembangan zaman, sebuah masjid berusia lebih dari satu abad di Lumajang tetap berdiri kokoh tanpa pernah mengalami renovasi besar.-ist-
REL, Lumajang - Di tengah perkembangan zaman, sebuah masjid berusia lebih dari satu abad di Lumajang tetap berdiri kokoh tanpa pernah mengalami renovasi besar.
Masjid Baitur Rohman, yang telah berusia 114 tahun, menyimpan keunikan arsitektur dan nilai sejarah yang luar biasa.
Arsitektur Unik dengan 9 Kubah Berbentuk Pot Bunga
Masjid ini memiliki struktur bangunan yang unik dan berbeda dari masjid pada umumnya.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Wisata Kuliner Ramadhan di Palembang
Kubah masjid berjumlah sembilan, berbentuk seperti pot bunga, yang melambangkan Wali Songo, tokoh penyebar Islam di Nusantara.
Selain itu, besi yang menjulang ke langit dan dominasi unsur kayu pada bangunannya menambah kesan kuno nan estetis.
Tak hanya itu, bagian dalam masjid juga memiliki keunikan tersendiri.
Ruangan dipenuhi kusen pintu yang menyerupai labirin, memberikan pengalaman berbeda bagi setiap pengunjung yang masuk ke dalamnya.
BACA JUGA:4 Rekomendasi Wisata Kuliner di Bulan Ramadhan di Bekasi
6 Pintu Simbol Rukun Iman dan Kentongan Raksasa Bersejarah
Dari sisi depan, terlihat enam pintu berukuran sama—tiga di bagian depan dan tiga di dekat tempat imam. Jumlah enam ini memiliki makna filosofis sebagai simbol dari rukun iman dalam ajaran Islam.
Selain itu, terdapat kentongan raksasa dari kayu yang merupakan peninggalan para pendiri masjid.
Keberadaannya menjadi saksi bisu perjalanan panjang Masjid Baitur Rohman dalam menyebarkan ajaran Islam di Lumajang.
BACA JUGA:BNN RI Bongkar Fakta Mengejutkan! Puluhan Ton Narkoba Ditemukan di Desa!
Dibangun oleh Kiai Usman, Daya Tahan Bangunan Mengagumkan
Masjid Baitur Rohman pertama kali dibangun oleh Kiai Usman, seorang tokoh penyebar agama Islam di Lumajang pada masa penjajahan Belanda.
Masjid ini awalnya berukuran kecil, namun mengalami perluasan pada tahun 1923-1933 oleh Kiai Suhaemi dan para muridnya.