Petani Empat Lawang Terkendala Konsistensi Produksi

ILUSTRASI.--

/// Permintaan Kopi Petik Merah Tinggi

REL, Empat Lawang — Permintaan pasar terhadap kopi petik merah asal Kabupaten Empat Lawang terus mengalami peningkatan. Namun, belum seluruh petani dan pelaku usaha kopi di daerah tersebut mampu memenuhi kebutuhan pasar secara konsisten dan berkelanjutan.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Empat Lawang, Robinson, menyebutkan bahwa pasar untuk kopi petik merah sudah terbuka luas, namun tantangan utama justru terletak pada kemampuan petani dalam menjaga kontinuitas produksi dan kualitas.

“Pangsa pasar dan permintaannya sudah ada, tapi yang menjadi masalah adalah permintaan itu harus kontinu. Nah, para pengusaha dan petani kita belum bisa menjamin hal tersebut,” ujar Robinson.

BACA JUGA:Sat Binmas Gencarkan Sambang dan Penyuluhan Kamtibmas

Salah satu kendala utama, menurut Robinson, adalah kesulitan petani untuk menunggu buah kopi benar-benar matang sempurna (petik merah). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk keterbatasan pengetahuan, kebutuhan ekonomi mendesak, dan minimnya pembinaan teknis.

“Prospek kopi petik merah ini sangat bagus. Tapi pembeli tidak serta-merta memberikan harga tinggi tanpa jaminan kualitas dan kontinuitas dari petani,” jelasnya.

Karena belum adanya jaminan tersebut, para pembeli cenderung masih ragu memberikan harga premium untuk kopi dari Empat Lawang.

Namun, Robinson menegaskan bahwa jika ada petani yang mampu menjaga kualitas dan menunjukkan sampel kopi petik merah yang konsisten, maka harga jual bisa melonjak hingga lebih dari 50 persen.

BACA JUGA:Polres Empat Lawang Lakukan Pengecekan Rutin Tahanan

“Jika kopi biasa dihargai Rp60 ribu per kilogram, maka kopi petik merah bisa mencapai Rp100 ribu per kilogram. Bahkan lebih tinggi lagi jika dijual dalam bentuk green bean,” tambahnya.

Saat ini, kesadaran petani terhadap pentingnya panen selektif dan olahan pascapanen yang tepat masih tergolong rendah. Meski demikian, sudah mulai ada petani di wilayah Pendopo dan Tebing Tinggi yang mencoba menerapkan konsep petik merah, meskipun masih dalam skala terbatas.

Robinson berharap, ke depan akan ada dukungan lebih luas dari pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya untuk memberikan pelatihan dan pendampingan yang dibutuhkan agar kopi Empat Lawang dapat bersaing di pasar premium nasional bahkan internasional. (dik)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan