Puluhan Guru PPPK Ramai-Ramai Ajukan Gugatan Cerai: Antara Kemandirian Finansial dan Retaknya Rumah Tangga

Puluhan Guru PPPK Ramai-Ramai Ajukan Gugatan Cerai: Antara Kemandirian Finansial dan Retaknya Rumah Tangga-ist/net-
Rel, Bacakoran.co – Fenomena mengejutkan tengah ramai diperbincangkan di berbagai daerah di Indonesia.
Puluhan guru yang baru saja diangkat sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) mendadak mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya.
Peristiwa ini menimbulkan pro-kontra di tengah masyarakat, antara anggapan bahwa hal tersebut merupakan bukti kemandirian finansial atau justru tanda goyahnya komitmen rumah tangga.
Data mencatat, hingga 25 Juli 2025, terdapat 50 guru PPPK di Pandeglang, 42 di Cianjur, dan 20 di Blitar yang resmi melayangkan gugatan cerai. Angka ini dinilai cukup tinggi dan cenderung meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
BACA JUGA:Pemkab Muba Berduka, Istri Wakil Bupati Meninggal Dunia, Suasana Haru Selimuti Sekayu
BACA JUGA:Samsung Galaxy S21 5G Murah Banget! Cuma Rp 3,9 Juta, Ini Spek Flagship yang Dibawa
Faktor Pemicu Perceraian
Menurut Analisis SDM Ahli Muda BKPSDM Cianjur, Usman Yusuf, banyak perempuan sebenarnya sudah lama ingin bercerai, namun terhambat karena ketergantungan ekonomi pada suami. Setelah diangkat sebagai PPPK, para guru merasa memiliki kemandirian finansial sehingga lebih berani mengambil keputusan besar dalam hidupnya.
“Contohnya ada salah satu guru PPPK yang suaminya selingkuh bertahun-tahun dan tidak menafkahi keluarga. Karena sebelumnya hanya honorer, ia menahan diri. Begitu diangkat PPPK, ia merasa kuat untuk hidup mandiri,” jelas Usman.
Hal senada diungkapkan Mukmin, Kabid Ketenagaan Dindikpora Pandeglang.
Menurutnya, selain masalah ekonomi, perselingkuhan, KDRT, hingga jarak tempat kerja suami juga menjadi alasan kuat para guru menggugat cerai. Pihaknya berusaha mencegah fenomena ini meluas dengan melakukan mediasi terhadap pasangan yang bermasalah.
Reaksi Beragam dari Masyarakat
Fenomena ini menimbulkan beragam pandangan. Sebagian pihak menyayangkan, sebab seharusnya pengangkatan PPPK menjadi momen bahagia yang dirayakan bersama keluarga. Ada pula yang menuding para perempuan menjadi “lupa diri” setelah memiliki kemapanan finansial.
Namun, di sisi lain, fenomena ini mendapat dukungan terutama dari kalangan perempuan yang melihatnya sebagai bentuk keberanian untuk lepas dari hubungan pernikahan yang tidak sehat.