Ironi Piala Dunia, Western Sahara Absen karena Sengketa Status
Ilustrasi Piala Dunia. (*/Istimewa)--
REL, Jakarta – Di tengah euforia persiapan Piala Dunia yang akan digelar tahun depan di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko dengan format 48 negara, terselip sebuah kisah ironis dari benua Afrika. Sebuah wilayah yang luasnya melebihi Inggris Raya dipastikan absen dari turnamen akbar tersebut bukan karena kegagalan kualifikasi, melainkan karena sengketa status politik yang belum usai.
Wilayah yang dimaksud adalah Western Sahara, sebuah teritori di Afrika Barat Laut yang didefinisikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai "wilayah non-pemerintahan sendiri" dan kerap dijuluki sebagai koloni terakhir Afrika.
Sejauh ini, 28 tim telah memastikan tempat di turnamen akbar tersebut. Inggris menjadi satu-satunya negara Eropa yang telah mengamankan tiket, sementara negara-negara Britania Raya lainnya seperti Wales, Skotlandia, dan Irlandia Utara masih harus berjuang melalui jalur play-off.
Benua Afrika sendiri telah meloloskan sembilan negara secara otomatis: Aljazair, Cape Verde, Pantai Gading, Mesir, Ghana, Maroko, Senegal, Afrika Selatan, dan Tunisia. Empat negara lainnya—Kamerun, DR Kongo, Gabon, dan Nigeria—akan bertarung memperebutkan satu slot tersisa bulan depan.
BACA JUGA:Marc Guehi Dipastikan Hengkang
Namun, di tengah kesuksesan negara-negara Afrika tersebut, Western Sahara dipastikan hanya bisa menjadi penonton.
Ironisnya, luas Western Sahara mencapai 272.000 km$^2$, jauh melampaui luas Inggris Raya yang hanya sekitar 244.376 km$^2$. Meskipun demikian, wilayah ini berpopulasi sangat jarang, hanya sekitar 560.000 jiwa, berbanding kontras dengan 69 juta penduduk Inggris.
Status politiknya menjadi tembok penghalang utama. Wilayah ini dikuasai Spanyol hingga 1976 dan saat ini sekitar 70% di antaranya diduduki oleh Maroko, sementara sisanya dikontrol oleh Front Polisario, sebuah gerakan nasionalis yang menuntut kemerdekaan.
Western Sahara memiliki tim sepak bolanya sendiri, yang dioperasikan oleh Federasi Sepak Bola Sahrawi. Namun, karena tidak diakui sebagai anggota resmi Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) maupun Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), tim ini otomatis tidak dapat mengikuti babak kualifikasi maupun putaran final Piala Dunia.
BACA JUGA:Fabio Borini Gabung Beckham dan Neville
Sebaliknya, Western Sahara hanya menjadi anggota World Unity Football Allegiance (WUFA), sebuah badan internasional untuk tim-tim sepak bola yang tidak berafiliasi dengan FIFA, bersama 19 anggota lain termasuk Chagos Islands dan Kashmir.
Masalah teritorial Western Sahara bahkan sempat menyeret dunia sepak bola ke ranah hukum internasional. Pada Februari lalu, Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) menguatkan banding dari Federasi Sepak Bola Aljazair terkait klub Maroko, RS Berkane, yang diizinkan menggunakan kit dengan peta Maroko yang diperluas, termasuk wilayah Western Sahara yang disengketakan.
Meskipun disetujui oleh CAF, insiden ini memicu perselisihan sengit yang mengakibatkan dibatalkannya kedua pertandingan antara RS Berkane dan klub Aljazair, USM Alger. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya dampak sengketa politik ini terhadap olahraga di kawasan tersebut.
Sementara negara-negara underdog seperti Cape Verde sukses mengamankan tempat di Piala Dunia, Western Sahara harus menerima kenyataan pahit bahwa aspirasi sepak bola mereka masih terganjal oleh isu-isu geopolitik yang belum terselesaikan. (*)