Daging Babi
Disway.--
Saya menghubungi Kumaila kemarin. Ia tinggal di Jakarta. Dia hidup dalam keluarga yang sangat religius. Sejak sebelum TK sudah belajar membaca Quran. Lalu Kumaila dimasukkan ke madrasah di Sukabumi, Jabar. Yakni Pesantren As-Syafi'iyah. Kumaila tumbuh remaja di Sukabumi. Sejak SD sampai SMA. Semua dijalani di As-Syafi'iyah.
Ketika tamat SMP Kumaila sempat tidak mau langsung masuk SMA. Kumaila menghabiskan waktu satu tahun mengaji informal di Massaratul Muhtadin, di Banten. Lalu pindah ngaji ke Nihayatul Amal di Karawang. Lalu balik ke Sukabumi untuk menamatkan SMA di As-Syafi'iyah.
Penguasaan ilmu agama Kumaila lebih dalam lagi di perguruan tinggi. Kumaila memilih kuliah di Institut Ilmu Al Quran, Jakarta. Jurusan tafsir Alquran.
Saat kuliah itulah sikap kritis Kumaila atas ajaran agama mulai mendapatkan tempat. Waktu remaja ia menyimpan begitu banyak pertanyaan. Dia tidak berani mengemukakan. Takut dimarahi. Di kuliahlah semua tanda tanya itu dia carikan jawabnya.
Saya pun bertanya pada intelektual Islam seperti Prof Dr Komaruddin Hidayat. Ia rektor Universitas Islam Internasional Indonesia. Juga mantan rektor Universitas Islam Negeri Jakarta.
"Apakah Kumaila sudah masuk dalam radar intelektual Islam di Indonesia?"
"Dia melakukan sebuah pemberontakan dengan penampilan wajah yang cantik, ramah dan pintar. Agama bagi Kumaila telah menyatu dengan budaya," ujar Prof Komaruddin.
"Baru sebatas pemberontak? Belum pemikir Islam?"
"Potential jadi pemikir dengan modal pengetahuan yang dia miliki. Perlu lebih banyak interaksi dengan arus pikiran zaman ağar kian matang dan paradigmatik," ujarnya.
"Sayang kalau sekadar masuk dalam jajaran penceramah selebriti. Dia punya modal jadi pemikir trend setter," tambah Komaruddin.
Saya kembali menghubungi Kumaila. Saya ingin tahu apakah dia putri seorang ulama. Jangan-jangan saya kenal bapaknyi.
Ternyata dia putri Prof Dr Achmad Mubarok. Kumaila enam bersaudara, dia sendiri yang wanita. Sang ayah alumni Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Mulai S-1 sampai S-3.
Prof Mubarok adalah guru besar pertama untuk ilmu psikologi Islam. Ia pernah menjadi dekan fakultas dakwah di almaternya itu.
Tentu saya kenal Prof Mubarok. Almarhum adalah wakil ketua umum Partai Demokrat. Dari intelektual ia pindah jalur ke politik. Jadi anggota DPR dari fraksi partainya.
Mubarok juga seorang yang lebih dekat dengan sufi. Orang sufi lebih terbuka dalam hal hukum Islam, fikih. Ia tidak kaget putrinya punya pemikiran seperti itu.