Meritokrasi Hati

Disway.--

Oleh: Dahlan Iskan 

SEDIH dan gembira. Itulah hasil pengalaman keliling daerah di Indonesia. 

Banyak bupati dan wali kota yang membuat hati gembira: begitu nyata hasil kerja mereka. Sebagian pintar mempromosikan hasil itu. Sebagian lagi tidak. 

Sebaliknya banyak daerah dan kota yang begitu-begitu saja. Pun setelah kepala daerahnya menjabat 10 tahun. Daerah dan kota itu seperti kehilangan waktu 10 tahun. 

Di zaman Orde Baru kepala daerah yang biasa-biasa saja hanya punya satu periode masa jabatan. Bagi yang sangat bagus bisa dua masa jabatan. Dan bagi yang prestasinya istimewa bisa diangkat jadi gubernur. Atau tetap bupati/wali kota tapi naik ke daerah/kota yang lebih besar. 

BACA JUGA:BPD Harus Jadi Pengawas di Desa

BACA JUGA:Kejari Adakan Kampanye Anti Korupsi

Bupati Lumajang Soewandi (sempat jadi mertua Rini Soewandi, mantan meneg BUMN dan memperindag) naik jadi Gubernur Kaltim. Bupati Trenggalek Sutran, naik jadi Gubernur Papua. Dan seterusnya. 

Kini bukan lagi atasan yang menilai prestasi itu. Sudah pindah ke partai dan rakyat setempat. 

Kini rekom partai sangat menentukan. Istilahnya rekom, tapi isinya putusan partai: siapa calon bupati/wali kota dan gubernur di suatu wilayah. 

Minggu-minggu ini perburuan rekom itu luar biasa gencarnya. 

BACA JUGA:Kapolres Musi Rawas Terobos Kebiasaan: Tes Urine di Toilet Ruang Kerja untuk Jamin Keakuratan Hasil

BACA JUGA:Kapolda Sumsel dalam HUT PP Polri ke-25, Perkuat Hubungan, Jaga Netralitas dan Sinergitas

Anda pun tahu: apa syarat utama untuk mendapatkan rekom partai. Bukan hanya capaian prestasi. 

Tag
Share