Hadapi Ancaman Petani, Ubah Pola Petik

Menghadapi ancaman pencurian hasil petik buah kopi petani yang semakin meningkat. Foto : Ismail/REL--

REL, Lahat - Menghadapi ancaman pencurian yang semakin meningkat, petani di berbagai daerah mulai mengubah pola petik mereka untuk meningkatkan keamanan hasil panen mereka.

Kekhawatiran akan pencurian bukanlah hal baru bagi para petani. Namun, dengan meningkatnya insiden pencurian. Terutama di daerah pedesaan yang terpencil, petani merasa perlu untuk mengambil tindakan lebih lanjut guna melindungi hasil panen mereka.

Sehingga sebagian hasil petik buah kopi  petani, masih terlihat banyak yang hijau. Hal ini bila menunggu merah, ditakutkan akan didului oleh pencuri.

"Kalau biasanya nunggu masak, tapi kalau nunggu biji kopi masak keduluan maling.

BACA JUGA:Menteri Perhubungan Dorong Pembaruan di Sekolah Kedinasan BPSDMP untuk Menjadi Lebih Produktif dan Kompetitif

BACA JUGA:PLN Icon Plus Targetkan 100 Ribu Pelanggan ICONNET di Bali Nusra pada 2024

Jadi kalau sudah terlihat tua bijinya langsung panen," ungkap Bobi salah satu petani. 

Selain itu, sebagian petani ada juga yang menjemur masih berbentuk buah. Juga ada yang sudah dikupas. "Kalau sudah dikupas biar cepat kering dan bisa langsung dijual. Kalau masih bulat kering biasanya disimpan, dikumpulkan banyak baru dijual," sampainya.

Walaupun sebagian ada yang memetik buah masih hijau. Namun sebagian petani juga ada yang nunggu masak baru memetik. Akan tetapi biasanya kebun berado dipinggir jalan atau dipinggir dusun jadi lebih aman. 

"Walau petik masak, tapi tetap was- was takut keduluan. Biasanya kami ramai- ramai ada kalau malam ada yang jaga biar aman," ungkap Ari warga Lahat.

Sementata untuk harga kopi masih bervariasi tergantung kekeringan dan kualitas. Dari harga 60ribu perkg hingga Rp67ribu perkg," sampainya.(sm)

Tag
Share