Pengembangan Kampung Dolas Songket di Sawahlunto: Upaya Melestarikan Warisan Budaya dan Meningkatkan Ekonomi M
Istimewa --
RAKYATEMPATLAWANG – Pengembangan destinasi wisata Kampung Dolas Songket di Desa Lunto Timur, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, telah dimulai sejak 25 April 2024.
Proyek ini merupakan bagian dari upaya menjaga eksistensi songket silungkang sebagai warisan budaya bangsa sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Kampung Dolas Songket ini didirikan oleh Anita Dona Asri pada tahun 2014. Dona, seorang local hero kelahiran Lunto, memiliki tekad kuat untuk melestarikan songket silungkang melalui edukasi dan pelatihan menenun bagi masyarakat di desanya. Nama Dolas Songket sendiri merupakan gabungan dari nama Dona dan dua adiknya, Lastri dan Sepri.
BACA JUGA:Keindahan Air Terjun dan Rumah Abah Jajang Di tawar 2.5 M, Menarik Perhatian Wisatawan
Peletakan batu pertama pembangunan tata ruang kampung ini dilakukan pada 25 April 2024, menandai dimulainya berbagai pembangunan, termasuk pembangunan gapura, perbaikan akses jalan, dan fasilitas assembly point untuk wisatawan.
PT Semen Padang melalui Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni, menyatakan bahwa pengembangan ini sejalan dengan semangat keberlanjutan SIG.
“Pengembangan Kampung Dolas Songket merupakan langkah strategis untuk menjaga eksistensi songket silungkang sebagai warisan budaya bangsa agar tetap lestari dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
Dengan pendampingan secara menyeluruh, akan lahir penenun-penenun andal yang mampu membawa songket silungkang ke kancah global dan mengharumkan nama Indonesia,” ujar Vita pada Sabtu (22/6/2024).
Dona mengisahkan bahwa keahlian menenun telah ia miliki sejak duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar, yang ia pelajari dari orangtuanya. Dengan modal awal Rp10 juta dan dibantu oleh seorang kerabat, Dona memulai usaha Dolas Songket pada tahun 2014. Kini, ia memiliki 29 anggota tim yang telah memiliki kemampuan menenun sejak usia remaja.
Produk yang dihasilkan oleh Dolas Songket sangat beragam, mulai dari kain, sarung, kemeja pria, hingga gaun wanita dengan harga bervariasi dari Rp400 ribu hingga Rp3,5 juta. Penjualan dilakukan melalui galeri Dolas Songket, media sosial, dan marketplace. Saat ini, rata-rata ada 120 item yang terjual setiap bulannya dengan peningkatan omzet sebesar 65 persen dibandingkan awal usaha.
BACA JUGA:Menikmati Keindahan Alam dan Budaya di Bandung, 5 Destinasi Wisata yang Wajib Dikunjungi
Dengan ikhtiarnya, songket silungkang diharapkan dapat terus menjadi sumber ekonomi bagi keluarga dan masyarakat sekitar, sekaligus melestarikan warisan budaya yang berharga.(*)