No Day

Senin 19 Aug 2024 - 20:45 WIB
Reporter : Adi Candra
Editor : Mael

Kata sang ayah: sejak saat itu Veddriq sudah tahu bakal jadi juara di Paris. 

"Veddriq pernah bikin tulisan di kertas. Kertas itu ia tempel di dada. Lalu difoto. Fotonya dimuat di Instagram. Foto Veddriq dengan tulisan juara Olimpiade di dada”. 

Ternyata, kelak, di tahun 2024, Veddriq benar-benar juara Olimpiade. Untuk cabang panjat tebing. Kategori speed. 

Ia mengharumkan nama Indonesia di saat kritis. Yakni di saat hampir saja Indonesia pulang tanpa medali emas. Medsos sudah mulai ramai dengan keprihatinan atas prestasi yang merosot. Omelan nasional mulai memenuhi langit medsos. 

Veddriq yang membungkamnya. 

PON di Aceh bulan depan tentu akan lebih meriah oleh kehadiran Veddriq di panjat tebing. Ia kembali akan mewakili Kalbar. 

Untuk itu Rabu lusa Veddriq pulang ke Pontianak. Ia akan diarak di sebuah pawai keliling kota menyambut prestasinya di Paris. 

Saya salah sangka. Saya pikir kirab itu dilakukan di hari Minggu kemarin, saat saya di Pontianak. 

Hari itu ternyata Veddriq masih di IKN. Ia diundang menghadiri upacara kenegaraan HUT Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang untuk kali pertama dilakukan di luar Jakarta. 

Pawai Rabu lusa dilakukan sejak dari Bandara Supadio. Yakni sejak Veddriq mendarat dari Jakarta. Setelah pawai, Veddriq akan pulang ke Gang Harapan --kumpul dengan ayah ibu dan adiknya. 

Rumah di Gang Harapan itu kini sudah lebih baik dibanding Veddriq belum juara nasional. Semuanya Veddriq yang membiayai. Ekonomi Veddriq memang kian baik. 

Sedangkan ekonomi ayahnya menurun. Order ukiran terus merosot. Perabot kayu kian langka. Kayu sudah digantikan plastik dan bahan olahan lainnya. 

”Veddriq...minta...saya...berhenti....kerja," ujar Sumaryanto lirih. 

Matanya sembab saat bercerita soal kebaikan hati anaknya itu. Ia berlinang. Tersedak. Terdiam. Lama. Wajahnya menengadah ke langit-langit. 

Cerita pun diteruskan oleh istrinya. Sang istri duduk di bawah. Di lantai. Dengan jilbab warna abu-abu tua dan baju panjangnya yang berwarna hitam. Sang istri juga hanya bisa berkata satu dua kata. Lalu ikut sesenggukan. 

Setelah tidak kerja Sumaryanto memilih menjaga kesehatan dengan bersepeda. Habis salat subuh ia selalu naik sepeda sejauh sekitar 20 km. Setiap hari. Lalu ke masjid. Mengaji. Pulang. Nonton TV. 

Kategori :